Zaytun Gantar
Oleh: Dahlan IskanRabithah mempertahankan Panji pun setelah 10 tahun di Sabah. Begitu banyak orang Dayak yang masuk Islam selama ia di sana. Lalu Panji merasa cukup. Minta berhenti.
Panji ingin mengabdi di dalam negeri. Ia ingin mewujudkan mimpi-mimpi lamanya: mendirikan pesantren rahmatan lil alamin.
Pulang ke Indonesia ia mulai menjual gagasan madrasah seperti Gontor tetapi tidak seperti Gontor. Banyak yang menolak gagasan awal Panji. Salah satunya Adi Sasono –menteri koperasi di zaman Presiden Habibie.
Ada 20 orang yang mendukungnya. Mereka menyumbangkan uang untuk membeli tanah di Gantar. Akadnya: wakaf.
Didirikanlah Yayasan Pesantren Indonesia. Kalau saja Ibu Tien Soeharto tidak membangun masjid At-Tin, Panjilah yang akan pakai nama itu untuk pesantren di Gantar.
Akhirnya dipilihlah nama Al Zaitun. Tien dan Zaitun disebut dalam Al-Qur'an dalam satu tarikan napas: Tuhan bersumpah demi Tien dan Zaytun.
Tangkai Zaytun sendiri lantas menjadi simbul perdamaian dunia: tangkai itulah yang digigit burung merpati ke mana-mana. (*)