Zhang Qing Feng, Memori antara Indonesia dan Tiongkok
Selalu Gembira saat Bertemu Orang IndonesiaRabu, 14 Maret 2012 – 00:04 WIB
Kapal akhirnya berlabuh di Zhang Jian, dekat Hainan. Mereka tinggal di penampungan selama enam bulan. Zhang menggambarkan, tempat penampungan itu berupa bangunan permanen yang dilengkapi beberapa fasilitas. Ada dapur umum dan toilet. Namun, sampai di sana mereka bukan lantas bersantai. Mereka harus bekerja.
Para pemuda dan orang dewasa bekerja di perkebunan karet. Aturannya, setiap orang yang berumur 16 tahun harus bekerja. Sedangkan anak-anak tetap bersekolah. Selama di penampungan mereka mendapat jatah makan dan minum yang cukup. "Pemerintah ada sokong kami yang berumur kurang dari 16 tahun. Masing-masing dapat beras dan minyak," ujarnya.
Setelah enam bulan di penampungan, mereka disebar ke seluruh daratan Tiongkok. "Pemerintah tetap memberikan sokongan berupa rumah tinggal, beras, dan minyak. Jadi, kami tetap tenang," katanya. Meski demikian, ayah Zhang, Thio Tek Po, rupanya tak tahan menghadapi keadaan di tempat yang sama sekali baru. Begitu pula sang ibu, Go Len Nio. Apalagi, keduanya tak bisa berbahasa Mandarin.