jpnn.com, SEMARANG - Kematian Emy Listiyani, gadis cantik yang ditemukan meninggal di semak-semak tepi Jalan Pramuka, Kelurahan Sumurrejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang meninggalkan duka mendalam buat keluarganya.
Terutama buat ibunya, Siti Sakdiah.
BACA JUGA: Ini Sungguh Mengejutkan, Pembunuh Gadis Cantik di Semarang Itu Adalah..
Dari penelusuran awak Radar Semarang, Emy memang sosok yang baik, berhati mulia sampai rajin salat dan mengaji.
Pada tulisan sebelumnya berjudul '7 Fakta Gadis Cantik Korban Pembunuhan di Semarang, Nomor 5 Masyaallah', telah diketahui bagaimana eloknya seorang Emy.
BACA JUGA: 7 Fakta Gadis Cantik Korban Pembunuhan di Semarang, Nomor 5 Masyaallah
Namun, ada satu yang tertinggal. Ini tak kalah menggetarkan rasa, menyentuh jiwa, mengharukan banget.
Fakta itu ialah, Emy ternyata telah memiliki rencana memberangkatkan ibunya ibadah umrah ke Tanah Suci.
BACA JUGA: Terduga Pembunuh Gadis Cantik Ditangkap di Kapal Oasis, Begini Detik-Detik Kejadiannya
“Sudah bayar deposito. Sudah dinamakan ibunya berangkat umrah,” kata kakak ipar korban, Sri Masluruh kepada Radar Semarang.
Sri Masluruh mengaku sangat kehilangan sosok Emy.
Korban di lingkungan keluarga dikenal sangat baik.
Emy sangat peduli dan ikut membantu ekonomi keluarga.
“Dia senang membantu orang tua. Misalnya, saat pengin rumah dibikin begini, ia juga yang membiayai. Dia bisa mencari uang sendiri untuk membantu keluarga. Meski ibunya juga kerja,” ujarnya.
Sri Masluruh membeberkan, korban menempuh pendidikan sekolah dasar di dekat rumahnya.
Setelah itu, meneruskan ke SMP Negeri 22 Semarang dan SMA Negeri 12 Semarang.
“Saat SMA ikut kegiatan OSIS dan Pramuka. Dia senang ikut kegiatan ekstrakurikuler. Lulus SMA lalu kursus komputer. Dia kuliah D3 dan lulus 2014,” katanya.
Saat SMA hingga sekarang, korban senang kegiatan mendaki gunung dan travelling.
Tidak hanya di dalam negeri. Emy pernah travelling hingga ke Malaysia dan Thailand.
"Pernah ke Lombok, Maluku, Gunung Raung, Gunung Kinibalu, dan Nusa Penida Bali. Pernah ke Gunung Bromo dua kali. Rencananya, dia mau ke India, tetapi saya enggak izinkan. Saya bilang, kamu ini anak satu-satunya perempuan, ya enggak usah pergi-pergi lagi,” timpal ibu korban, Siti Sakdiah.
Siti mengatakan, anak tunggalnya tersebut juga aktif di kegiatan Karang Taruna.
Sebelum meninggal, ia juga menjadi instruktur senam lanjut usia di salah satu Puskesmas di Kecamatan Gunungpati.
“Sudah dua tahun lebih. Awalnya ikutan senam. Terus diangkat jadi instruktur senam lansia. Latihannya tiap hari Minggu. Dapat honor juga,” kata Siti.
Dia mengatakan, Emy sempat bekerja sebagai penjaga tiket di salah satu tempat wisata di Kabupaten Semarang.
Sebelumnya juga pernah bekerja di perusahaan swasta di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
“Dia kalau kerja enggak nyaman, pasti keluar. Cari tempat kerja lagi. Dia juga ikut modelling. Dia pernah bilang, mau belajar nyetir mobil. Pernah diajak ikut media travelling. Tapi syaratnya harus bisa nyetir,” bebernya. (mha/aro/bas)
Redaktur & Reporter : Adek