jpnn.com - JAKARTA -- Polemik drama Partai Demokrat dan sikap ketua umumnnya, Susilo Bambang Yudhoyono dalam voting RUU Pilkada di parlemen hingga saat ini masih menuai sorotan publik. Pengamat politik Ray Rangkuti menyatakan Demokrat sejak awal sudah terlihat tidak tulus memperjuangkan pilkada langsung karena lebih mendahulukan target 10 poin syarat perbaikan dibanding ikut bergabung di jajaran partai pendukung pilkada langsung.
"Mestinya yang didahulukan usung dulu pilkada langsung. Pak SBY, malah dahulukan 10 poin itu. Jadi bisa dibilang Demokrat dari awal dahulukan cabang, batangnya kemudian. Jelas bahwa tidak ada niat baik. Coba dari awal bilang dulu 'kami dukung pilkada langsung'. kan jelas," tegas Ray dalam diskusi 'Menolak UU Pilkada produk Pengkhianat Demokrasi (PD)' di Jakarta Pusat, Minggu, (28/9).
BACA JUGA: Kejagung Belum Bisa Pulangkan Buron Korupsi
Menurut Ray, 10 poin dari Partai Demokrat bisa diperjuangkan saat target pelaksanaan pilkada langsung sudah disetujui dalam voting. Apalagi, kata dia, posisi Demokrat saat voting sangat dibutuhkan oleh partai-partai pendukung pilkada langsung.
Namun, sambungnya, para anggota dewan dari Fraksi Demokrat justru membuat drama yang menyakiti hati masyarakat.
BACA JUGA: Penggagas Pilkada Lewat DPRD Dinilai Terburu-Buru
"Adanya hanya dramatologi saja di voting. Sekarang baru ribut. Percuma. Harusnya dari awal sudah jelas-jelang dukung," tandas Ray. (flo/jpnn)
BACA JUGA: Perawat Bisa Buka Praktik, Boleh Mendiagnosis juga
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Buka Lagi Kasus-Kasus Lawas
Redaktur : Tim Redaksi