10 Tahun Kesulitan Siswa, Kini Menjadi yang Pertama

Selasa, 29 Juni 2010 – 14:06 WIB
Anggapan bahwa mutu pendidikan pesantren tertinggal jauh dibanding sekolah formal, ditepis Pondok Pesantren (ponpes) Al-Hkmah GunungkidulDinas P&K Gunungkidul, mencatat dari 136 SMP&MTS Negeri di Kabupaten Gunungkidul dalam Unas, SMP Pesantren Al-Hikmah masuk lima besar

BACA JUGA: Antrean Mengular Buru Pendidikan Tinggi

Bahkan khusus SMP/MTS Swasta, pesantren ini menempati urutan pertama
Lebih istimewa lagi, sekolah ini gratis.


Gunawan,  Gunungkidul


Kurang lebih 21 tahun yang lalu, geliat ilmu yang mempelajari pengetahuan dunia akhirat ini hadir dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara

BACA JUGA: PSB SMP Di Kediri Kisruh

Pondok Pesantren Al-Hikmah ini berada di sebelah timur Wonosari, kurang lebih 12 km dari pusat kota, yakni di Dusun Sumberejo, Desa Karangmojo, Kecamatan Karangmojo.

Nuansa relegi menempel pada sudut-sudut dan jalan memasuki pesantren
Canda tawa anak sekolah terdiri dari siswa-siswi SMP, MA (Madrasah Aliyah) dan SMK siang itu nampak bahagia.

Sabtu (26/6) itu, pesantren ini baru saja mewisuda santri akhir angkatan IX tahun 2010 dengan hasil yang memuaskan

BACA JUGA: Denpasar Ogah Serahkan RSBI ke Pemprov

Ratusan wali murid dan santri berbaur dalam perhelatan akbar mendai kelulusan 650 santri di pesantren tersebut.

Suasana gembira, tiba-tiba berubah isak tangis perpisahan antara santri dan guruDerai air mata, uacapan terima kasih terdengar paruh dari tenggorokan seorang bapak bernama Wargito (56) warga Dusun Tanjungsari, Kecamayan Tepus, yang ditunjuk untuk mewakili menyampaikan pesan kesannya.

"Saya berterimakasih pada pihak pesantren, mungkin benar kali ini kami belum bisa membalasNamun insya Allah, Allah yang membalasnya," ucapnya dalam acara wisuda yang digelar Sabtu (26/6) itu.

Usai wisuda santri, kepada Radar Jogja, Pimpinan Pondok Pesantren Harun Alrozid mengisahkan, awalnya Ponpes yang ia pimpin ini murni hanya mempelajari ilmu keagamaanNamun dalam perkembangannya, setelah melalui pertimbangan dengan mengintrospeksi sepuluh tahun terakhir (sebelum1998), akhirnya memutuskan untuk berkolaborasi dengan pendidikan formal"Sepuluh tahun ponpes ini belum mengalami peningkatan, baik jumlah, kualitas, maupun kuantitasUntuk itu kami merasa untuk segera introspeksi," ujarnya.

Dalam system belajar mengajar, Ponpes ini mencontoh pendidikan ala Nabi Muhammad SAW, model pendidikan ala "Keyatim Piatuan""Maksudnya, para santri akan meniru menjadi yatim piatu seperti Rosulullah Muhammad SAWSebab, selama menjadi santri, diwajibkan untuk berdiam dan menempati asrama yang sudah disediakan," kata pria kelahiran 12 Desember 1957 lulusan Fakultas Psikologi sebuah universitas kenamaan di Jogjakarta ini.

Menurut kakek berjenggot putih ini, para penghuni pondok hanya diizinkan pulang setelah melalui izin dari pengurus ponpesHarapanya, agar anak belajar berprilaku mandiri dan tertib"Kami bukan bermaksud memenjarakan merekaJustru dari sinilah kami membuka sistem demokratis antara santri dan pengurus pondok pesantren dalam satu forum tertentu," paparnya.

Harun Alrozid prihatin, selama ini pondok pesantren selalu dinilai oleh berbagai kalangan dengan nada tidak berimbangIa mengambil contoh, teroris selalu dihubung-hubungkan dengan keberadaan ponpesKemudian, tak jarang siswa-siswi lulusan pesantren dicap tidak memiliki daya saing dan lain sebagainya"Namun kami membuktikan pesantren telah terbukti andil dalam mencerdaskan kehidupanKami juga juara dalam UNAS lho mas," tandasnya.

Disinggung mengenai teroris, ia malah tersenyum"Kami berjuang dengan buku dan tinta," unkapnyaIa menilai perkembangan dan maraknya penangkapan teoris yang dihubung-hubungkan dengan pesantren, adalah pernyataan prematur.

Ia menjelaskan, siapapun di dunia ini yang membantai orang yang tak berdosa, bisa disebut terorisDan di pesantren tidak diajarkan tentang hal itu"Nilailah dan pelajari, sehingga Anda mengerti apakah pesantren ini berjuang dari sisi pendidikan atau bukan" pungkasnya(aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kirim Siswa Berprestasi ke Olimpiade Internasional


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler