100 Jamaah di Masjid 24 Jam, Tarawih Dilaksanakan Dini Hari

Rabu, 29 Juni 2016 – 00:34 WIB
Jamaah Masjid Abu Bakar Kota Kendari yang melaksanakan itikaf, kemarin (27/6). Ada yang berdiam selama 10 hari, ada juga yang hanya bertahan 24 jam. Foto: Hadrian Indra Mapa/Kendari Pos/JPNN.com

jpnn.com - SERATUSAN jamaah Masjid Abu Bakar dan Masjid Ar Raufur Rahim Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, menghabiskan malam-malamnya dengan beritikaf di masjid. Mereka berdiam selama 24 jam di masjid demi mendapatkan rida Allah SWT pada 10 malam terakhir Ramadan.

Hadrian Indra Mapa

BACA JUGA: Warga Non Muslim Juga Siapkan Takjil Berbuka Puasa di Masjid

Sepuluh malam terakhir Ramadan merupakan waktu yang ditunggu-tunggu umat muslim. Sebab, dalam 10 hari itu akan ada malam Lailatul Qadar. Yakni, malam yang sangat istimewa dan lebih mulia dari malam 1.000 bulan, amalan kaum muslimin bakal dilipatgankan. 

Untuk meraih keutamaan di malam tersebut sebagian umat muslim di Kota Kendari melakukan itikaf atau berdiam diri selama 24 jam di masjid. 

BACA JUGA: Mengaku Belum Beristri, Brigadir Trubus: Kubunuh Kau!

Sunnah tersebut ditunaikan oleh jamaah Masjid Abu Bakar dan Ar Raufur Rahim yang terletak di bilangan Jalan HEA Mokodompit Kampus Universitas Halu Oleo.

Mereka menghabiskan waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah dengan tadarus, menghafal Alquran, dan berbagai ibadah lainnya. Salat tarawih dilaksanakan pukul 02.00 dini hari.

BACA JUGA: Lantunan Al Baqarah Terdengar dari Balik Jeruji Besi

Kemarin siang (27/6), Masjid Abu Bakar dilihat dari luar tampak sepi. Tak ada aktivitas apapun. Setelah masuk, ternyata ada 100 jamaah yang sedang khusyuk membaca Alquran. Mereka terlihat serius mengucap ayat demi ayat.

Aktivitas itikaf mereka lakukan sejak malam ke 21 Ramadan. Malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadan dimanfaatkan sepenuhnya melakukan ibadah di masjid. 

Di antaranya mereka, ada yang membawa keluarganya, ada pula yang melakukannya sendiri. Mereka buka puasa dan sahur di masjid tersebut.

Jamaah yang berdiam di masjid tersebut membawa perlengkapannya. Mereka masuk masjid menjelang magrib. Mereka pun melaksanakan salat Isya berjamaah. Setelah selesai salat Isya, mereka membaca Alquran. 

Sebagian di antara mereka melaksanakan salat sunat, tapi bukan tarawih. Sekira pukul 22.00 Wita, mereka istrahat sejenak. Ada pula yang tidur pukul 23.00 Wita. Bahkan, ada jamaah yang terjaga hingga pagi.

Mereka akan bangun pukul 01.00 Wita mempersiapkan diri melaksanakan salat tarawih berjamaah. Bacaan ayatnya dipanjangkan sehingga waktu menjelang sahur bisa tercapai. Setelah salat tarawih, mereka pun makan sahur. Usai sahur, mereka mempersiapkan diri untuk mendirikan salat Subuh.

Usai salat Subuh, berbagai aktivitas ibadah lainnya dilaksanakan. Ada yang berzikir, tadarus, dan ada pula salat sunat Isyraq (salat terbit matahari).

Setelah itu, dilanjutkan dengan zikir dan tadarus, kemudian mereka melaksanakan salat Dhuha. "Tapi ada juga yang memanfaatkannya untuk istirahat," ujar Mardin, pengurus Masjid Abu Bakar.

Aktivitas itulah yang dilakoni para jamaah yang beritikaf di masjid. Mereka terus menerus melakukan ibadah. Kecuali mereka harus ke kamar kecil, barulah berhenti beribadah. Meskipun sebagian ada yang memanfaatkannya untuk tidur di masjid. 

"Ada yang itikafnya hanya 24 jam. Tapi ada juga yang tinggal di masjid selama 10 hari terakhir Ramadan. Mereka tidak pulang-pulang," katanya.

Mardin mengisahkan, jamaah yang itikaf di Masjid Abu Bakar didominasi oleh anggota Wahdah Islamiyah. Itu menjadi agenda rutin setiap memasuki 10 malam terakhir Ramadan. Tahun ini, peserta itikaf di masjid itu mencapai seratus orang.

Mereka memutuskan meningglakan aktivitas dunianya demi mendapatkan malam kemuliaan, malam Lailatul Qadar. "Alhamdulillah peserta itikaf tahun ini mencapai 100 orang. Terdiri dari 60 ikhwan (laki-laki) dan 40 akhwat (perempuan), " ujar Mardin.

Mardin menuturkan, selama 10 malam terakhir Ramadan berbagai program ibadah yang dilakukan seluruh peserta itikaf. Seperti, salat tarwih pukul 02.00 wita dengan bacaannya imam sebanyak satu juz. Ada pula yang tadarus, kultum, berdzikir dan berbagai kegiatan ibadah lainnya.

Ibadah itikaf bertujuan mulia yaitu untuk menggapai malam Lailatul Qadar yang punya keutamaan ibadah yang dilakukan lebih baik daripada 1000 bulan. Itulah, motivasi terbesar kaum muslimin memanfaatkan waktu terbilang langka ini. 

Senada diutarakan Ikhwan Kapai. Koordinator Itikaf di Masjid Ar Raufur Rahim ini menuturkan, tahun ini peserta itikaf di masjid itu, semakin bertambah seiring mulai banyaknya umat Islam yang menghidupkan itikaf. 

"Alhamdulillah tahun ini, peserta itikaf mencapai 50 orang untuk meraih keutamaan malam Lailatul Qadar," ujarnya. Ia pun berharap itikaf kali ini mendapatkan berkah dari Allah. (*/b/sam/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Oh Cinta...Enam Kebiasaan Habibie tanpa Ainun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler