jpnn.com, MALANG - Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) akan fokus pada peningkatan SDM unggul di 2020-2024, terutama kepala desa alias kades yang dipercaya mengelola dana desa.
Ini karena banyak kepala desa yang taraf pendidikannya masih rendah. Dari 74.957 desa di Indonesia, sebanyak 11.700 kadesnya hanya lulusan SMP.
BACA JUGA: Dua Kades Korupsi Dana Desa, Jumlahnya Bikin Kaget
Sementara posisi kades ditentukan warga desa tanpa melihat strata pendidikan. Yang dilihat adalah bagaimana pengaruhnya terhadap desa.
"Pada 2019 dana desa Rp 934 juta, kan fokus di infrastruktur, mulai tahun depan ada peningkatan jadi Rp 1 miliar dan fokusnya pada peningkatan kualitas SDM termasuk para kades ini," kata Deputi VII Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Desa, dan Kawasan Sonny Harry B Harmadi dalam pertemuan dengan media di Malang, Jumat (8/11).
BACA JUGA: Tim Kejaksaan Tangkap Buron Perkara Penyimpangan Dana Desa
"Coba bayangkan deh, dari 74.957 desa, ada kadesnya yang tidak lulus SD, ada yang hanya SD, ada yang tidak lulus SMP, variatif. Kemudian ada desa yang di gunung, laut, pulau, macam macam. Jadi variasinya memang sangat besar sehingga setidaknya dana desa itu menjadi sebuah stimulan bagi pembangunan mereka," sambungnya.
Menurut Sonny, para kades sekarang punya spirit baru. Sebelum ada dana desa mereka hanya terima Rp 20 juta per tahun. Mengelola uang satu desa Rp 20 juta, Rp 10 juta, Rp 30 juta, sekarang mereka mengelola uang sampai Rp 1,5 miliar.
BACA JUGA: Ada Modus Pemda Bikin Data Fiktif untuk Kucurkan Dana Desa
"Yang paling penting ternyata menurut saya kualitas pembangunan desa dari dana desa itu berawal dari pendampingan yang berkualitas. Makanya kita sedang mencoba mendorong pendamping pendamping yang berkualitas," tuturnya.
Namun, lanjutnya, masalahnya sebaran pendamping berkualitas ini belum merata. Itu sebabnya pemerintah ingin ada sinergi pendamping dan penyuluh. Jadi di daerah-daerah yang belum punya pendamping desa berkualitas bisa tarik penyuluh penyuluh berkualitas dari sektor lainnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad