12 Ribu Ton Beras Impor Tiba di Tanjung Perak

Selasa, 27 Februari 2018 – 07:14 WIB
Beras. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Sebanyak 12 ribu ton beras impor telah tiba di gudang Perum Bulog Divre Jawa Timur.

Beras tersebut bakal didistribusikan ke luar Jawa. Sebab, Pemprov Jawa Timur menolak masuknya beras impor lantaran masih surplus beras.

BACA JUGA: Petani Keluhkan Harga Gabah, Di Mana Bulog?

Beras premium asal Thailand itu tiba melalui Pelabuhan Tanjung Perak sejak 20 Februari hingga Minggu (25/2).

Menurut Wakil Kepala Bulog Divre Jawa Timur Cecep Panji Nanda, beras impor tersebut akan disimpan Bulog dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan.

BACA JUGA: 20.000 Ton Beras Vietnam Masuk Banyuwangi

Sebab, Bulog hanya menjadi gudang penyimpanan. ”Pendistribusian menunggu perintah dari pemerintah pusat,” katanya.

Rencananya, beras yang dikemas dalam karung 50 kg itu selesai bongkar muat di gudang Bulog hingga tiga hari ke depan. Targetnya sebanyak 20 ribu ton. Saat ini masih 12 ribu ton beras yang tersimpan.

BACA JUGA: Penyerapan Gabah di Dua Daerah Ini Menurun

”Kekurangannya akan selesai bongkar dalam tiga hari ke depan,” ujar Kepala Sub Divre Surabaya Utara Agus Sutarto.

Kedatangan beras di gudang Perum Bulog Divre Jatim tersebut hanya transit. Sebab, rencananya beras akan didistribusikan ke wilayah Indonesia Timur seperti Papua, NTT, dan Ambon.

Sementara itu, anggota Komisi VI DPR Bambang Harjo Soekartono menyatakan perlunya koordinasi yang baik antara demand dan supply beras. Sebab, kondisi di lapangan justru masih terjadi surplus.

Di beberapa wilayah seperti Papua, lanjut dia, panen beras sebenarnya lebih dari 300 ribu ton. Harga beras di Papua bahkan lebih murah dibandingkan dengan di Jawa.

Jika beras impor tersebut dikirim ke Papua, dia khawatir beras menjadi tidak laku. ”Karena masih banyak stok beras,” jelasnya.

Harga beras premium di Papua mencapai Rp 11 ribu. Di Jawa, harga beras premium Rp 12.500–Rp 13.000.

Karena itu, dia menilai belum ada kejelasan terkait distribusi beras. ”Harus tahu di mana demand yang membutuhkan,” ujarnya.

Menurut Bambang, impor beras sebenarnya tidak menjadi persoalan apabila untuk mengantisipasi lonjakan harga yang mulai akhir tahun lalu meningkat signifikan. Namun, lonjakan tersebut belum diteliti ulang. Apakah akibat kekurangan beras atau tidak.

Menurut data Kementerian Pertanian, ada 77 juta ton gabah atau 40 juta ton beras. Sementara itu, kebutuhan beras hanya 32 juta ton.

Artinya, masih terjadi surplus beras. ”Harusnya Satgas Pangan yang turun menyelidiki dari hulu ke hilir,” tegasnya.

Apalagi, beras impor yang masuk merupakan kategori beras pera. Di sisi lain, sebagian masyarakat Indonesia menyukai beras pulen.

Pemerintah seharusnya memperhatikan hal-hal yang menyangkut kebutuhan masyarakat luas. ”Kalau sukanya beras pulen, terus beras impor ini mau dijual ke mana?” ucapnya.

Dia berharap beras yang disimpan di gudang Bulog bisa segera didistribusikan. Sebab, gudang Bulog tidak memiliki fasilitas lengkap untuk menyimpan atau menjaga ketahanan beras dalam waktu lama.

’’Dalam waktu tiga bulan ini harus habis didistribusikan supaya tidak rusak atau busuk,’’ tegasnya. (puj/c17/fal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Komisi VI: Direksi Bulog Gagal Total!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler