jpnn.com, JAKARTA - Ketum Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) Titi Purwaningsih mengaku bingung melihat berbagai kebijakan pemerintah.
Masalah 51 ribu PPPK (Pegawal Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) hasil seleksi Februari 2019 saja tidak selesai. Kini, pemerintah menjanjikan bantuan sosial alias bansos kepada 13 juta pekerja bergaji di bawah Rp 5 juta per bulan.
BACA JUGA: Kriteria Pekerja yang Dapat Rp 600 Ribu per Bulan dari Pemerintah
"Saya bingung mau bicara apa lagi. Kalau memang pemerintah serius harusnya yang diperhatikan dulu masalah honorer. Ini kok malah pekerja meskipun mereka bayar BPJS," kata Titi kepada JPNN.com, Jumat (7/8).
Menurut Titi masa kerja para kerja tidak selama honorer K2. Para pekerja juga mendapatkan gaji jutaan per bulan.
BACA JUGA: Teriakan Cornelis Lay Ditujukan ke Anies Baswedan di Tengah Massa Demonstran
Berbeda dengan honorer K2 yang gajinya ratusan ribu dibayar per tiga bulan.
"Pekerja yang dapat bansos itu kan masa kerja enggak kayak kami honorer K2 minimal 16 tahun," ucapnya.
BACA JUGA: Airlangga Menjelaskan Bansos untuk Pekerja Gaji di Bawah Rp 5 Juta, Simak ya
Titi menegaskan, pemerintah harusnya malu kepada 51 ribu PPPK.
Para PPPK dari jalur honorer K2 itu sudah dinyatakan lulus pada April 2019 tetapi sampai sekarang belum diangkat.
Bahkan, penerbitan regulasinya terkesan sengaja diulur-ulur agar PPPK lama diangkat.
"Heran saya, kalau mau angkat PPPK bilang enggak ada duit. Kenapa sekarang malah mau gelontorkan Rp 31 triliun untuk bansos bagi pekerja bergaji di bawah Rp 5 juta. Lah terus kami ini dianggap apa sih," ketusnya.
Dia melanjutkan, harusnya pemerintah tanggap dari dulu ada pegawai pemerintah yang namanya honorer K2 bergaji tidak layak. Ini malah yang diperhatikan para pekerja. Sedangkan honorer K2 tidak masuk di dalamnya.
"Benar-benar keterlaluan kalau memang ada dana puluhan triliun untuk bansos pekerja. Uang itu mending untuk angkat honorer K2 menjadi aparatur sipil negara," tandasnya. (esy/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad