1.357 Napi Kabur, Hilang Entah ke Mana

Rabu, 03 Oktober 2018 – 00:55 WIB
Kerusakan di Kota Palu, Sabtu (29/9) akibat gempa bumi dan tsunami. Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Setidaknya 8 dari total 15 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Lapas, Bapas, maupun Rutan di Sulawesi Tengah rusak akibat gempa dan tsunami, para narapidananya kabur.

Rutan Donggala dilaporkan terbakar pada Sabtu (29/9) sekitar pukul 23.00 WIB beberapa jam setelah gempa dan tsunami menghajar Sulteng. Kondisi Rutan Palu juga diketahui rusak berat dan tahanannya kabur.

BACA JUGA: Sebanyak 61.967 Pengungsi Masih Butuh Bantuan Makanan

Data dari Ditjen Pemasyarakatan (Pas) Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham) mencatat bahwa penjara yang terdampak diantaranya Lapas Kelas IIA Palu, Rutan Kelas IIA Palu, Bapas Palu, Rutan Donggala, Cabang Rutan Parigi, Lembaga Pemasyarakatan Khusus Perempuan (LPP) Palu, Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) Palu dan Rutan Kelas IIB Poso.

Ada sekitar 3.220 orang napi yang berada di 8 lapas tersebut. Senin (1/10), tinggal 1.863 orang yang masih tinggal di lapas. Sisanya, 1.357 orang hilang entah ke mana. Pasca gempa dan tsunami, lapas-lapas dan rutan yang semuanya overkapasitas itu kehilangan rata-rata 90 persen penghuninya.

BACA JUGA: Jumlah Korban Tewas Gempa dan Tsunami Sulteng 1.234 Jiwa

Dari data yang dimiliki Kemenkopolhukam ada satu lapas dan dua rutan yang tahanannya kabur. Di Lapas kelas IIA di Palu yang berpenghuni 690 orang, ada 588 napi yang kabur. Sedangkan yang masih tersisa 102 orang.

Seluruh penghuni Rutan Donggala 343 orang kabur semuanya. Di Rutan Palu yang total penghuninya ada 479 orang itu 426 orang lari sehingga tersisa 53 orang.

BACA JUGA: Jokowi Instruksikan 4 Prioritas Penanganan Bencana Sulteng

Dirjen Pas Sri Puguh Utami menuturkan bahwa kondisi saat itu memang sangat mencekam. Saat gempa terjadi, bangunan lapas bergoyang. Di Rutan Donggala, Karutan dan jajarannya memerintahkan para napi untuk berkumpul di lapangan tengah dan memberikan mereka arahan bersiap untuk evakuasi. Beberapa petugas lapas terus mencari informasi tentang bencana yang tengah terjadi. “Bahkan dilaporkan muncul lumpur dan pasir dari bawah tanah,” tutur Utami kemarin.

Para napi memaksa keluar rutan untuk bertemu keluarganya. Karutan sempat berhasil menenangkan mereka. Namun, muncul provokasi dari beberapa napi. Karutan sempat bernegosiasi untuk memperbolehkan para Napi bertemu keluarganya. Namun para Napi menolak, pecahlah keributan yang berujung pada pembakaran bangunan Rutan Donggala.

Utami menyatakan, timnya masih melakukan penyelidikan penyebab kebakaran. Memang ada dugaan bahwa ada yang sengaja membakar, namun penyebab lain juga mungkin terjadi. Di Lapas memang terdapat dapur yang digunakan untuk memasak. Di situ juga terdapat beberapa tabung gas.

Utami juga tidak mempermasalahkan perlawanan atau provokasi yang dilakukan oleh para napi. “Ini bisa dimaklumi karena secara naluriah mereka ingin menyelamatkan jiwanya, juga mengetahui kabar keluarga mereka,” jelas Utami.

Kepala Biro Humas Ditjen Pas Ade Kuswanto mengungkapkan, para napi diberi waktu seminggu untuk berkeliaran bebas mencari dan berkumpul dengan keluarganya. Lewat Seminggu, mereka wajib lapor dan kembali ke Lapas masing-masing.

Setelah seminggu, Dirjen Pas akan mulai membentuk satuan tugas (satgas) khusus untuk mencari para napi yang belum kembali ke lapas. “Ada 3 kemungkinan, bisa saja masih berkumpul dengan keluarganya, jadi korban gempa atau tsunami, atau memang melarikan diri,” jelasnya.

Kondisi Lapas Palu rusak parah, bangunan utama dan tembok kelilingnya roboh. Ade menyatakan kerusakannya sudah 80 persen. Demikian juga lapas-lapas yang ada di sekitar Palu, Donggala, dan Sigi rata-rata mengalami kerusakan. ”Sementara kami minta bantuan pada lapas-lapas lain di sekitar Sulteng untuk menampung warga binaan,” pungkasnya.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukam) Wiranto memastikan tidak ada napi kasus terorisme yang turut kabur setelah gempa di Palu dan Donggala. Lantaran dua hari sebelum gempa atau pada Rabu (26/9) napi tersebut sudah dipindahkan ke Nusakambangan. ”Kalau ndak ya (napi terorisme, Red) ikut kabur. Lebih runyam lagi,” kata Wiranto.

Dalam waktu sepekan, total 1.357 tahanan yang kabur itu dihimbau untuk kembali ke ruang masing-masing. Tapi, dia juga mengingatkan bahwa kebutuhan tahanan juga harus tersedia. ”Tentu kita harus menyiapkan seminggu kemudian ada makanan ada air dan sebagainya, kalau tidak ya mana bisa ini sudah pekerjaan kita,” tegas dia. (tau/jun/idr)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wiranto: Pembersihan Kota Palu Diupayakan 2 Minggu


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler