17 Dokter Spesialis Mengundurkan Diri, RS Mulai Tolak Pasien

Senin, 11 Desember 2017 – 07:07 WIB
Seorang keluarga pasien bertanya kepada staf Rekam Medik RS Regional Sulbar, Sabtu, 9 Desember. Foto: EDWARD ADE SAPUTRA/FAJAR/JPNN.com

jpnn.com, MAMUJU - Dampak pengunduran diri 17 dokter spesialis yang bertugas di RS Regional Sumbar, mulai menjalar.

Setelah poliklinik yang tidak lagi buka, kemarin pihak rumah sakit juga sudah menolak pasien.

BACA JUGA: Ini Cara IDI Tuntaskan Pengunduran Diri 17 Dokter Spesialis

Sejak pengunduran diri para dokter ahli pada Jumat 8 Desember, sudah dua pasien yang ditolak masuk ke RS Regional.

Pertama pada hari Sabtu, pasien diare atas nama Bulan Indah Sari (17) warga Karema Selatan harus dirujuk ke RS Mitra Mamuju.

BACA JUGA: YLKI: Pengunduran Diri 17 Dokter Spesialis Langgar Sumpah

Hal serupa juga dirasakan oleh Srywahyuni (2) warga Botteng, Kecamatan Simboro yang menderita demam tinggi harus dirujuk ke RS Mitra.

Meski demikian pihak rumah sakit tetap berusaha memberikan pelayanan kesehatan meski harus kerja ekstra.

BACA JUGA: 17 Dokter Spesialis Mengundurkan Diri, PBIDI Anggap Wajar

Pasalnya banyak tugas kontrol yang seharusnya dilakukan oleh dokter spesialis kini diambil alih oleh dokter umum.

Salah seorang pasien, Wahid menceritakan sejak adanya aksi pengunduran diri yang dilakukan 17 dokter spesialis, pelayanan yang diterimanya sedikit berubah.

Biasanya dia mendapatkan jadwal kunjungan pemerikasaan sekitar pukul 10.00 hingga 11.00 wita. Namun, namun pada hari Sabtu pemeriksaan dilakukan baru sekitar pukul 13.00 wita oleh dokter yang berbeda.

"Saya awalnya gelisah karena tidak ada dokter yang memeriksa kondisi saya, namun setelah tidur siang anak saya membangunkan saya karena mau dicek kondisi oleh dokter. Kalau saya perhatikan hanya jadwalpemeriksaan dokter saja yang berubah Pak, kalau cek imfus, obat atau pengantar makan tetap saja seperti biasa, entah dengan pasien lainnya," ungkapnya.

Anak dari Wahid, Adnan menambahkan untuk pelayanan yang diterima ayahnya tidak terlalu ada perubahan.

Hanya saja keadaan rumah sakit regional Sulbar sedikit sepi dibandingkan hari sebelum aksi pengunduran diri tersebut.

"Biasa banyak dokter yang lalu lalang, namun tiga hari ini sedikit, yang banyak hanya pegawai RS Regional saja yang membawa makanan atau mengangkut stok obat. Kalau saya amati yang tertutup itu hanya poli Pak, karena jika saya disuruh mengambil obat tetap ada orang, begitu juga di rekam medik selalu terbuka," ulasnya.

Direktur RS Regional Sulbar, dr Andi Munasir membenarkan adanya penolakan pasien di RS Regional. Dia mengatakan penolakan tersebut dilakukan karena tidak mampunya dokter jaga di IGD untuk menangani pasien yang datang.

“Kami takut terjadi apa-apa sehingga kami langsung rujuk. Untuk sementara IGD hanya dijaga dokter umum jadi jika penyakit pasien parah akan langsung dirujuk,” kata Andi Munasir, Minggu 10 Desember.

Lebih lajut pria yang akrab disapa Ade tersebut menuturkan hari ini akan ada pertemuan semua stakeholder terkait. Rapat tersebut akan dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar.

“Jika memang diperintahkan mencari dokter pengganti, akan secepatnya dilakukan. Bahkan saya telah menghubungi beberapa dokter dan RS di Makassar untuk mencari dokter yang ingin tugas di Sulbar,” bebernya.

Terpisah Sekda, Ismail Zainuddin menyatakan pihaknya akan melakukan pertemuan dengan pihak inspektorat,Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD), Badan Kepegawaian Daerah (BKD), dan dinas kesehatan Sulbar. Dalam pertemuan tersebut akan membahas terkait kondisi RS Regional Sulbar.

“Pokok utama yang menjadi pembahasan utama yaitu pengunduran diri 17 dokter spesialis, tindakan apa yang akan dilakukan. Setelah itu baru akan dibahas bagaimana dengan penguduran diri dokter tersebut apakah ada pelanggaran atau tidak,” ucapnya.

Lebih lanjut Ismail juga menjelaskan salah satu langkah konkret yang harus dilakukan adalah mendatangkan dokter pengganti jika memang 17 dokter spesialis mengundurkan diri.

Dia juga mengatakan pihaknya telah memerintahkan direktur RS Regional Sulbar dan Dinas Kesehatan Sulbar untuk menyiapkan dokter pengganti.

“Kita tetap harus melakukan pelayanan kesehatan, apalagi gedung baru RS Regional akan segerah rampung, masa dokternya sedikit. Selain ketersedian dokter yang memadai utamanya spesialis sangat dibutuhkan untuk peningkatan status RS Regional menjadi BLU yang kini telah bergulir,” ungkapnya. (edo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 17 Dokter Spesialis Mengundurkan Diri, Ini Solusi Pemprov


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler