18 Juta Warga Yaman Kelaparan, Obat-obatan Pun tak Ada

Rabu, 14 Februari 2018 – 23:17 WIB
Kamp penampungan korban perang di Provinsi Hajjah, Yaman. Foto: The New YorkTimes

jpnn.com, SANAA - Perang, perebutan kekuasaan, dan blokade membuat pemerintahan di Yaman lumpuh. Harga bahan pangan dan obat-obatan meroket. Tak mampu menjangkau, kini penduduk yang sakit beralih ke pengobatan herbal.

Mohammed Saif pasrah. Pria 40 tahun itu menderita iritasi di usus besarnya. Selama ini dia menjalani pengobatan di rumah sakit dan diberi antikolinergik. Tapi, semakin lama biaya perawatan ke dokter dan obat-obatan kian mahal.

BACA JUGA: Trump: Israel dan Palestina Tidak Ingin Berdamai

Tak mampu membayar, tahun lalu dia akhirnya beralih ke pengobatan herbal. Dokter sudah memperingatkan bahwa pengobatan tersebut tidak efektif untuk menyembuhkan penyakitnya, pun tidak aman. Namun, Saif tak punya pilihan lain.

’’Saya tidak mampu membayar biaya dokter dan tidak ada seorang pun yang membantu biaya berobat saya,’’ terangnya sebagaimana dilansir Al Jazeera.

BACA JUGA: Hati-Hati, Merokok di Area Masjid Bisa Didenda Rp 18 Juta

Saif adalah pencari nafkah tunggal di keluarganya. Dia harus membiayai empat orang lainnya. Selama setahun mengonsumsi obat herbal, dia merasa baik-baik saja meski penyakitnya tak sembuh sepenuhnya.

Saif bukan satu-satunya penduduk Yaman yang beralih ke pengobatan tradisional. Sejak perang berkecamuk di negara itu pada Maret 2015, perekonomian penduduk terpuruk.

BACA JUGA: Dulu Haram, Kini Wanita Saudi Boleh Jadi Sopir Taksi

Bom yang dijatuhkan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi meluluhlantakkan negara tersebut. Serangan balik dari pemberontak Houthi juga tak kalah brutalnya. Setidaknya nyawa 10 ribu penduduk sipil terenggut.

’’Mereka yang selamat biasanya mendapatkan luka fisik dan psikologis seumur hidupnya,’’ ujar Meritxell Relano, perwakilan UNICEF di Yaman.

Blokade yang dilakukan Saudi kian memperparah situasi. Bantuan dari berbagai lembaga kemanusiaan tidak bisa masuk ke wilayah yang dikuasai Houthi.

Padahal, di dalamnya ada 18 juta penduduk Yaman dan mereka kekurangan pangan. Banyak di antaranya yang kelaparan.

Wabah kolera juga menjamur di mana-mana. Versi Komite Palang Merah (ICRC), jumlah penderita kolera mencapai 1 juta orang. Penyakit difteri juga mulai bermunculan.

PBB menyebut kejadian di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Makanan dan obat menjadi barang yang luar biasa langka. Kalaupun ada, harganya meroket. Rata-rata kenaikan obat mencapai 300 persen.

Sistem kesehatan di Yaman dalam kondisi genting. Saat ini hanya 45 persen fasilitas kesehatan yang masih berdiri. Itu pun pelayanannya terbatas. Sisanya rata dengan tanah karena serangan udara.

Nasib para dokter dan tenaga medis juga tak kalah tragis. Mereka tak lagi menerima gaji setelah pemerintah memindahkan Bank Sentral dari Sanaa ke Aden pada akhir 2016 lalu, tepatnya ketika Houthi menguasai sebagian besar Sanaa. Sekitar 1,2 juta PNS mengalami nasib serupa.

Kondisi tersebut membawa ’’rezeki’’ bagi orang-orang yang membuka pengobatan tradisional. Kian hari pasien mereka kian banyak. Antrean selalu mengular dan tak pernah sepi.

Pemerintah abai dan tak pernah melakukan pengawasan. Siapa saja yang merasa mampu bisa membuka pengobatan herbal.

’’Orang-orang berdatangan dengan keluhan penyakit kulit. Saya memberikan mereka salep, sirup, maupun bubuk herbal dan hasilnya positif,’’ klaim Ahmed Al Sarori, salah seorang pemilik pusat kesehatan alternatif di Sanaa.

Dia mengaku juga memberikan pengobatan untuk orang-orang yang terkena ilmu hitam. Caranya, membaca ayat-ayat Alquran atau yang kerap disebut dengan rukyah.

Para dokter tentu saja tidak mendukung pengobatan alternatif itu. Naser Al Salahi, salah seorang dokter di Sanaa, mengungkapkan bahwa untuk beberapa kasus pengobatan herbal memang memiliki dampak positif.

Namun, yang jadi masalah adalah orang yang memberikan obat kerap tak memiliki ilmunya. Mereka meracik obat dengan takaran asal-asalan.

’’Orang berpendidikan tidak akan memilih pengobatan tersebut,’’ tegas Salahi. (sha/c22/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bikin Lelucon Soal Pangeran Saudi, Komedian Terancam Dibui


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler