18 Petugas Medis Ditahan Gegara Merawat Teroris, Digerebek di Sebuah Gereja

Rabu, 24 November 2021 – 19:48 WIB
Arsip-Sejumlah pengunjuk rasa berhamburan saat kepolisian membubarkan aksi protes menentang kudeta militer di Kota Naypyitaw, Myanmar, Jumat (26/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.

jpnn.com, MYANMAR - Sebanyak 18 petugas medis ditangkap militer Myanmar.

Mereka ditangkap karena merawat para pasien yang disebut junta militer berasal dari organisasi-organisasi teroris.

BACA JUGA: Formula E Akan Digelar di Mana? Simak Jawaban Riza Patria

Demikian dilaporkan surat kabar negara tersebut, Rabu (24/11).

Pasukan militer melancarkan penangkapan pada Senin (22/11) dalam penggerebekan ke sebuah gereja di Loikaw di Kayah, negara bagian di kawasan timur.

BACA JUGA: Simak Penjelasan AKBP Doni Soal Perkembangan Kasus Penyiraman Air Keras WNA Arab Saudi

Di gereja itu, pasukan mendapati 48 pasien sedang dirawat.

Tujuh di antaranya menderita COVID-19.

BACA JUGA: Wapres Maruf Amin Sampaikan Pesan Khusus untuk Jenderal Andika Terkait Papua

"Diketahui bahwa orang-orang yang luka dan para pasien dari organisasi-organisasi teroris diberi perawatan medis secara tidak resmi," demikian ditulis Global Light of Myanmar, surat kabar yang merupakan corong junta.

Laporan itu tidak menyebutkan nama-nama organisasi teroris yang dimaksud.

Global Light of Myanmar melaporkan bahwa ke-18 petugas medis yang ditahan akan diadili sesuai undang-undang yang berlaku.

Sistem layanan kesehatan Myanmar nyaris ambruk setelah militer pada 1 Februari menggulingkan pemerintahan terpilih.

Banyak petugas medis ikut serta dalam gerakan pembangkangan oleh masyarakat sipil.

Sebagai protes terhadap kepemimpinan junta, mereka menolak bekerja di rumah-rumah sakit yang dikelola pemerintah.

Banyak fasilitas dan petugas layanan kesehatan menjadi target penindakan oleh pasukan keamanan, menurut sejumlah kelompok pembela hak asasi manusia.

Sebelumnya, empat dokter, empat perawat dan empat asisten perawat ditangkap di sebuah gereja didakwa menghasut orang-orang untuk tidak menjalankan tugas.

Menurut Assistance for Political Prisoners (AAPP), organisasi yang memantau berbagai kejadian pascakudeta di Myanmar, sekitar 1.300 warga sipil terbunuh dan lebih dari 10.000 lainnya ditahan sejak kudeta terjadi.

Militer Myanmar telah membantah kebenaran data AAPP tersebut, yang telah dikutip Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Juru bicara junta pekan lalu mengatakan 200 tentara terbunuh selama konflik tersebut.(Antara/Reuters/JPNN)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler