jpnn.com - BANYUWANGI - Dukungan untuk Dahlan Iskan datang dari 1.800 santri putra Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Tegalsari, Banyuwangi, Jatim.
Petang kemarin mereka membaca selawat fatih usai menjalankan salat magrib berjamaah.
BACA JUGA: Kesehatan Dahlan Jadi Prioritas, Dialihkan jadi Tahanan Kota
Pembacaan tersebut dikhususkan untuk memberi dukungan moril kepada Dahlan Iskan yang kini tinggal di tahanan Medaeng. Perkembangan terbaru, Senin malam (31/10), statusnya dialihkan menjadi tahanan kota.
Selawat fatih dibaca untuk mendoakan seseorang untuk menghilangkan pikiran susah dan resah.
BACA JUGA: Kapolri Sebut Proses Penyelidikan Kasus Ahok Lambat Karena FPI
Selain itu bisa dilepaskan dari segala kesulitan dan urusan bisa berjalan mudah.
Seperti disampikan Ahmad Supriyadi, 27, Santri yang memimpin pembacaan salawat tersebut.
BACA JUGA: Prajurit Harus Hindari Pungli, Narkoba dan Politik Praktis
Dia mengungkapkan, amalan tersebut merupakan amanah pengasuh pesantren Darussalam, KH. Hisyam Syafaat, menurut keterangan yang dia terima.
Setiap santri harus memmbaca selawat inib setiap usai salat wajib. "Selawat ini Dibaca setiap habis salat maktubah," jelasnya.
Pembacaan selawat ini dimulai malam ini dan dilanjutkan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. "Setelah malam ini santri baca sendiri sendiri," jelasnya.
Sementara itu, salah satu pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, KH. Ahmad Kholiq Syafaat mengaku kaget dengan penahanan Dahlan ini .
Selama ini, jauh sebelum menjadi pejabat pemerintahan dan berkecimpung dalam politik, sosok Dahlan sudah dikenal sebagai figur pengusaha yang baik.
"Orang mengenal Pak Dahlan sebagai pebisnis yang jujur, entrepenur dan bersih," jelasnya.
Mengenai kenyataan yang saat in mendera Dahlan, Kholiq mengaku apa yang terjadi saat Dahlan menjabat itu hanya perihal kebijakan administrasi tanpa ada maksud memperkaya diri.
Dia yakin jika pun langkah itu dianggap merugikan negara, maka keuntungan yang muncul bukan untuk Dahlan dan golongannya.
"Kenyataannya tidak memperkaya diri, meskipun dia menandatangani surat yang disiapkan anak buah," ucapnya.
Akademisi yang pernah menjadi kontributor Jawa Pos di Baghdad ini mengungkapkan, pihaknya mencermati peristiwa ini secara adil.
Baik dari sudut pandang hukum maupun pengamatan masyarakat.
"Kalau secara perspektif penegak hukum mungkin Dahlan memang melanggar. Tapi masyarakat melihatnya tidak," ungkapnya.
Mengenai wajah koran Jawa Pos yang terkesan bersemangat menampilkan penahanan Dahlan, dia mengatakan hal ini wajar.
Bagaimana pun juga Dahlan adalah sosok yang membesarkan Jawa Pos dan juga BUMN. Namun, dia memberi catatan agar sikap ini berjalan dengan imbang dan cover both side.
"Secara institusi Jawa Pos, pembelaan itu harus dan wajar. Cuma jangan sampai mengabaikan keinginan pembaca Jawa Pos itu sendiri. Bahwa Jawa Pos koran yang informatif tidak memihak siapa siapa," tegasnya.
Dia juga menyinggung bahwa yang musibah yang dialami orang yang membesarkan PLN ini merupakan korban dari permainan elit.
Pernyataan ini dia dasarkan pada sikap dahlan selama menjabat sebagai Dirut PLN hingga menteri BUMN.
Yakni sikapnya yang tidak ingin persoalan pengangkatan direksi di jajaran BUMN mendapat campur tangan parpol. "Kalau melihat pak Dahlan tiga tahun menjadi menteri, saya percaya itu (Pak Dahlan diincar)," jelasnya.
Sekadar diketahui, hubungan Dahlan Iskan dengan pengasuh Ponpes Darussalam, KH. Hisyam Syafaat, cukup istimewa.
Empat tahun lalu tepatnya tanggal 21 Juni 2012, mantan Menteri BUMN itu sempat menginap di Blokagung.
Malam harinya nyekar di makam KH. Mochtar Syafaat Abdul Ghofur selaku pendiri Ponpes Darussalam Blokagung.
Tengah malam, mantan Dirut PLN itu sempat "sidak" kamar-kamar santri, kamar mandi, dan dapur.
Setelah salat subuh, Dahlan sembari sarungan memberikan kuliah subuh (kultum) di hadapan ribuan santri pondok terbesar di Banyuwangi tersebut.
Ikatan emosional yang dibangun Dahlan dengan santri Blokagung seolah masih terjalin erat sampai sekarang. (sli/aif)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bang Otto Optimistis Jessica Bakal Bebas di Tingkat Banding
Redaktur : Tim Redaksi