197 Anak Divaksin Ulang

Kamis, 14 Juli 2016 – 09:55 WIB

jpnn.com - JAKARTA – Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) juga turut menelusuri distribusi vaksin palsu di daerah. Dari hasil penyelidikan itu ada 37 Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang tersebar di sembilan provinsi yang diduga kuat menggunakan vaksin abal-abal. Lantaran mereka mendapatkan vaksin dari sumber tidak resmi.

Sembilan daerah itu antara lain Pekanbaru, Palembang, Bandar Lampung, Serang, Bandung, Surabaya, Pangkal Pinang, Batam, dan DKI Jakarta. BPOM masih belum mau mengungkap jumlah fasyankes di masing-masing kota dan propinsi itu lantaran masih dalam penelitian lebih lanjut.

BACA JUGA: Mantan Ajudan JK Dianggap Cocok Jadi Pengganti Budi Gunawan

Direktur Pengawasan Distribusi Obat BPOM Arustiono menuturkan dari 37 fasyankes itu mereka mendapatkan 39 jenis sampel uji. Hingga kini mereka baru bisa memastikan lima sampel. Empat sampel vaksin yang dipastikan palsu. Selain itu satu sampel lain sejak awal dipastikan palsu karena labelnya tidak sesuai.

”Sebanyak 39 sampel itu kami anggap cukup representatif. Sampel lain masih kami teliti,” ujar Arustono usai rapat koordinasi satuan tugas penanggulangan vaksin palsu di kantor Kementerian Kesehatan, Jalan Rasuna Said Jakarta kemarin (12/7).

BACA JUGA: Badrodin Resmi Serahkan Jabatan Kapolri ke Tito Karnavian

Penanganan vaksin palsu itu melibatkan pula Kemenkes dan Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri. Setelah memastikan fasyankes menggunakan vaksin palsu, Kemenkes langsung bergerak untuk melakukan pendataan. Mereka pun menemukan sedikitnya 197 anak-anak yang mendapatkan vaksin palsu dari sebuah klinik di Ciracas, Jakarta Timur. Jadi, masih ada 36 fasyankes lain yang dipastikan penggunaan vaksin palsu serta jumlah korbannya. 

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Maura Linda Sitanggang menyebutkan bahwa mereka akan mengadakan vaksin ulang pada anak-anak tersebut pekan depan. Vaksin itu diberikan secara gratis. ”Ada 197 anak itu terdata sejak 2010. Jadi sudah enam tahun ini,” ujar Linda.

BACA JUGA: Penembak Sudah di Tempat, Jaksa Agung Masih Bungkam

Penelitikan terhadap 36 fasyankes lainnya masih terus diupayakan. Mereka juga meneliti kondisi anak-anak di kawasan sekitar fasyankes tersebut. Misalnya adakah kejadian luar biasa yang berkaitan dengan menurunnya daya imunitas anak terhadap penyakit atau tidak. ”Secara makro kalau tidak ada KLB tidak masalah,” kata Linda.

Semantara itu, Bareskrim Mabes Polri menengarai dua rumah sakit baru yang terlibat dalam distribusi vaksin palsu. Sebelumnya sudah ada 12 rumah sakit. 

Direktur Dirtipideksus Bareskrim Brigjenpol Agung Setya menuturkan 14 rumah sakit itu termasuk dalam jaringan yang memproduksi vaksin palsu. Perannya antara lain berkaitan dengan distribusi vaksin palsu. ”Mereka terkait dengan pembuatan vaksin palsu itu,” ujarnya.

Agung memastikan bahwa seluruh rumah sakit yang terlibat itu tidak ada satupun yang merupakan rumah sakit pelat merah. Semua adalah rumah sakit milik swasta. Selain itu, Agung menyebutkan bahwa jumlah tersangka yang telah mencapai 18 orang itu bisa saja bertambah. ”Masih terbuka. Kami masih kembangkan kasus ini,” kata dia. (jun/dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Riuh Tepuk Tangan Atas Salam Komando Tito dan BG di Istana


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler