2 ABK Asal Indonesia di Kapal Tiongkok Terjun ke Laut, Bamsoet Minta Polri Bergerak

Senin, 08 Juni 2020 – 16:38 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Foto: Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyoroti dua anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang bekerja di kapal ikan Tiongkok, terjun ke laut demi melarikan diri karena mengaku kerap mendapatkan kekerasan fisik pada saat bekerja.

Bambang meminta Polri melakukan investigasi dan mengusut tuntas dugaan kasus penyiksaan ABK Indonesia di kapal Tiongkok tersebut.

BACA JUGA: Pasukan Katak TNI AL Bantu Evakuasi 679 WNI ABK MV Westerdam

Dia mendorong Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dapat mengajukan tuntutan apabila terbukti adanya tindakan kekerasan terhadap ABK WNI di kapal ikan tersebut.

"Saya mendorong kepolisian segera memanggil agen yang menyalurkan ABK asal Indonesia tersebut," kata Bambang, Senin (8/6).

BACA JUGA: Tiongkok Bentuk Tim Khusus untuk Selidiki Kasus ABK WNI

Dia mengatakan, di samping tidak sesuai dengan perjanjian kerja, juga telah melakukan dugaan tindak pidana penipuan, di mana dijanjikan kepada ABK tersebut akan mendapatkan upah Rp 25 juta hingga Rp 40 juta per bulan dan untuk bekerja di pabrik tekstil dan baja di Korea.

"Perbuatan agen penyalur tersebut juga berindikasi terhadap penyaluran ABK secara ilegal. Oleh karena itu agen tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya," ungkap politikus Partai Golkar yang karib disapa Bamsoet itu.

BACA JUGA: MPR RI Berikan Penghargaan Kepada Prajurit TNI

Dia juga mendorong pemerintah lebih meningkatkan pengawasan dan selektif dalam memberikan izin warga negara Indonesia (WNI) untuk bekerja di luar negeri.

Bamsoet meminta pemerintah melakukan langkah serius agar agen-agen yang tidak bertanggung jawab tak lagi dapat menjalankan usahanya di Indonesia.

Lebih lanjut dia juga mengingatkan masyarakat Indonesia, khususnya WNI yang akan bekerja di luar negeri, agar tidak mudah terpengaruh oleh ajakan dengan gaji yang menggiurkan.

"Harus kritis dalam memastikan kevalidan dan kelegalan pekerjaan tersebut," jelas Bamsoet.

Sebelumnya ramai diberitakan lembaga Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia ada dua ABK harus melompat ke laut karena tidak tahan dengan kerja paksa mirip perbudakan di kapal ikan berbendera Tiongkok.

Koordinator DFW Indonesia Muh Abdi Suhufan, di Jakarta, Senin 8 Juni 2020, mengatakan berdasar data yang dihimpun, laporan terbaru menyebutkan pada Jumat (5/6), dua orang awak kapal perikanan Indonesia jadi korban.

Yakni atas nama Reynalfi dan Andri Juniansyah. Keduanya melompat dari kapal ikan China LU QIAN YUA YU 901 saat kapal melintasi Selat Malaka.

Abdi memaparkan, mereka melompat karena tidak tahan dengan perlakuan dan kondisi kerja paksa di atas kapal.

Mereka sering mendapatkan intimidasi, kekerasan fisik dari kapten dan sesama ABK asal Tiongkok. 

Setelah mengapung selama tujuh jam di laut Selat Malaka, mereka akhirnya ditolong nelayan Tanjung Balai Karimun.

“Dugaan kerja paksa mengemuka setelah ditemukan adanya praktik tipu daya, gaji yang tidak dibayar, kondisi kerja yang tidak layak. Juga ancaman dan intimidasi yang dirasakan Andri Juniansyah dan Reynalfi,” ucapnya. (boy/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
MPR RI   Abk   Bamsoet  

Terpopuler