2 Chef Qatar Belajar Kuliner Tradisional ke Tiga Kota di Indonesia 

Rabu, 05 Juli 2023 – 21:50 WIB
Chef asal Qatar ikut merasakan bagaimana kehidupan dan makanannya. Foto dok. Kemendikbudristek

jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi menggelar kegiatan pertukaran budaya bidang kuliner dengan Qatar.

Pertukaran kebudayaan Indonesia-Qatar itu dilakukan melalui program Culinary Journey, yaitu kegiatan dalam rangkaian program pertukaran budaya tahunan Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture.

BACA JUGA: Sandiaga: Keunggulan Ekonomi Kreatif Fashion & Kuliner Bisa Ciptakan Lapangan Kerja

Kegiatannya sudah dilaksanakan di 3 wilayah tanah air, di antaranya Kota Jayapura Papua 19-24 Juni, Kota Medan Sumatera Utara pada 24 – 27 Juni, dan Bali 27 Juni – 2 Juli 2023. 

Dua chef asal Qatar, Hassan Abdullah Alibrahim dan Noof Al Marri secara langsung mengikuti proses pembuatan kuliner asli tanah air secara tradisional, sekaligus  mengenalkan kuliner khas dari negara mereka.

BACA JUGA: Cegah Stunting Anak, Ibu-ibu Diajari Masak Murah Bergizi oleh Chef Ravi Raffaello

Di Papua, chef  asal Qatar diajak ke kampung yang terletak di perbatasan antara Papua dan Papua Nugini, yakni Skouw Sae. Di mana penduduknya masih merawat kearifan lokal dengan merawat makanan khas mereka yaitu Sagu. 

Dan di Kota Medan dua chef asal Qatar dan chef ternama Indonesia keluaran MasterChef Indonesia mendalami serta dimanjakan dengan keunikan kuliner khas hasil peleburan berbagai budaya seperti Melayu, Tiongkok, India, Aceh, Minang, Jawa serta tradisional Batak. 

BACA JUGA: TOP ID dari PYCH Hadirkan Inovasi Baru dan Siap Dipamerkan di Papua Street Karnival

Chef Qatar juga disuguhkan makanan tradisional Medan yang legendaris seperti Putu Bambu Sudi. Selain itu, melakukan cooking demo Sago Qatar, puding tapioka tradisional Qatar yang dibumbui dengan kapulaga hijau, kunyit, dan air mawar.

Di Bali, dua Chef Qatar dalami budaya yang dipadukan dengan adat dan agama di Taman Soekasada Ujung. Tradisi Megibung yang dikenalkan oleh Raja Karangasem. Ini tak lain adalah tradisi yang menumbuhkan rasa kebersamaan dengan mengesampingkan status sosial ini diteruskan hingga kini dan biasa dilakukan saat ada upacara adat dan keagamaan.

Direktur Hilmar Farid mengatakan program Culinary Journey kegiatan kuliner yang mengandung unsur nilai budaya dan sosial kemasyarakatan yang tinggi yang  dilestarikan secara turun temurun. Kegiatan itu juga  mempertemukan 2 chef ternama dari Qatar dengan 1 chef ternama Indonesia.

 "Keduanya bersama memperdalam pemahaman antara negara dan masyarakatnya, budaya, makanan dan pengalaman kuliner dari bagian timur hingga barat.

"Untuk lebih memahami budaya masing-masing melalui masyarakatnya, makanan tradisional tiap daerahnya dan juga bahan-bahan yang digunakan dalam setiap masakan," jelas Hilmar Farid salam keterangannya dikutip Rabu (5/7).

Dijelaskan Hilmar, pilihan lokasi, Papua, Medan serta Bali pada rangkaian Culinary Journey ini dipastikan bukan hanya mempunyai ragam kuliner, tetapi juga sarat akan nilai Budaya. “Ini sebuah proses saling

mengenal budaya, kebudayaan Indonesia dengan ekology yg sangat variatif dan kebudayaan Qatar, ketika bicara pangan, ini tidak hanya soal makanan, namun juga tradisi-tradisi yang mengikutinya,” ucapnya.

Hilmar Farid berharap melalui Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture masing-masing negara dapat lebih mempererat persaudaraan, menggali dan lebih memahami keunikan dan keragaman ini.

Sementara itu, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat  Kemendikbudristek Sjamsul Hadi, mengatakan kegiatan itu diselenggarakan sebagai ajang pengenalan filosofi budaya, norma dan kebiasaan masyarakat yang diwariskan dalam makanan, selain dari bahan-bahan utama dan cara memasaknya. Disebutkan juga sebagai keragaman kuliner dapat berperan sebagai media paling cair untuk memperkenalkan aneka budaya, adat istiadat hingga nilai-nilai masyarakat agar mudah dicerna bangsa lain.

"Culinary Journey. banyak mengandung arti kebudayaan dari kegiatan tersebut, salah satunya media komunikasi," tegas Syamsul Hadi. 

Chef Hassan dipandu oleh Chef Charles Toto mengunjungi sebuah desa yang terletak di perbatasan antara Papua dan Papua Nugini, Skouw Sae, di mana penduduk masih merawat kearifan lokal dengan merawat makanan khas mereka, Sagu. 

Warga Skouw Sae merayakan panen sagu dengan menggelar acara Sagu Festival yang rutin diadakan setiap 21 Juni untuk mempromosikan sagu sebagai makanan pokok di Papua. 

Syamsul menegaskan  Kemendikbudristek sangat mengapresiasi kedatangan Chef Hassan dalam rangkaian program Culinary Journey ini ke Papua, khususnya dalam Sagu Festival. 

“Saya acungkan jempol bagi masyarakat Papua da?am melestarikan sagu,” sambung Chef Hassan.

Chef Charles mengaku senang melihat antusiasme Chef Hassan dalam panen sagu ini. Bukan hanya memotong pohon sagu, tetapi memarut sagu hingga membantu memasak menggunakan Bakar Batu, tetapi juga mengikuti tradisi kami menggunakan alat-alat tradisional.

Chef Noof serta Ayam Mashkhuol, nasi bismillah rempah yang dimasak dengan cara slow cook yang bahan utamanya adalah kayu manis, kapulaga hijau, saffron, air mawar, ketumbar dan lainnya yang biasa disajikan dengan selada dan saus tomat istimewa oleh Chef Hassan.

“Senang melihat antusiasme siswa-siswi SMKN 1 Jayapura. Kami berharap agar apa yang kami sajikan bisa memberikan inspirasi baru bagi mereka, para calon chef,” ujar Chef Noof.

Koordinator Program untuk Iftar dan Culinary Journey Santhi Serad menyampaikan pada kegiatan ini disajikan berbagai keanekaragaman hayati Indonesia.

Dimulai di Papua, diperlihatkan sumber pangan lokal yang mempunyai keanekaragaman (biodiversitas) flora tertinggi di dunia.

"Di Medan kami pilih sebagai representasi dari pertemuan berbagai budaya seperti Melayu, Tiongkok, India, Aceh, Minang, Jawa serta tradisional.Batak," cetusnya.

Lalu kami juga ingin mengangkat tradisi masak bersama (Mebat) untuk menyiapkan makan bersama sebagai cerminan ikatan bekerja sama atau gotong royong antara orang yang menjamu dan masyarakat lainnya di Bali melalui acara Megibung,” jelas Santhi Serad, Koordinator Program untuk Iftar dan Culinary Journey..(esy/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler