jpnn.com, DENPASAR - Hotel di Jalan Teuku Umar, Denpasar, Bali, digerebek aparat kepolisian, Rabu (7/4) sekitar pukul 20.45 WITA.
Dari dua kamar hotel, polisi mendapati adanya praktik prostitusi yang dilakukan pria hidung belang dengan PSK warga negara asing dari Uzbekistan.
BACA JUGA: 11 Pelajar Perempuan Menunggu di Kamar, Pemilik Hotel Diduga yang Mencari Pelanggan
"Di dua kamar hotel itu ditemukan ada dua pasangan yang bukan suami istri," kata Kapolresta Denpasar Kombes Jansen Avitus Panjaitan, dilansir dari Radar Bali, Sabtu (10/4).
Dua wanita itu ternyata asal Uzbekistan. Seluruhnya ada tiga cewek yang menjajakan diri di Bali karena kehabisan uang.
BACA JUGA: Anggota Brimob 25 Orang, Kelompok Kriminal Bersenjata Lebih Banyak, Warga Mengungsi
Jansen mengatakan, ketiga wanita asal Uzbekistan itu berkunjung ke Bali sebelum Covid-19. Namun, karena kehabisan uang, mereka jual diri melalui muncikari Poltak P Manihuruk yang dikenalnya ketika berada di diskotek di Kuta, Badung.
"Ada tiga orang WNA Uzbekistan yang dia (muncikari Poltak, red) jual," kata Jansen.
BACA JUGA: Tempat Wisata Dibuka tetapi Mudik Dilarang, Ini Kata Wagub Emil Dardak
Dari penggerebekan itu, polisi akhirnya menangkap sang muncikari di indekosnya Jalan Gelogor Carik Gang Kwala Nomor 11 Pemogan, Denpasar Selatan, sekitar Pukul 21.00 WITA, hari itu juga.
Sedangkan tiga cewek Uzbekistan yang menjadi PSK dan dua pria hidung belang yang sedang main kuda-kudaan tidak dijadikan tersangka. “Cuma saksi,” kata Jansen.
Menurutnya, prostitusi yang melibatkan WNA ini terungkap dari informasi masyarakat bahwa ada seseorang yang menjadi muncikari bagi PSK lokal dan orang bule.
Lokasi transaksi prostitusi itu dilakukan di sejumlah hotel di kawasan Badung dan Denpasar. Dari informasi itu, polisi kemudian melakukan penyelidikan hingga penggerebekan sebuah hotel di Jalan Teuku Umar, Denpasar pada Rabu lalu (7/4).
Tersangka muncikari mematok tarif wanita kepada laki-laki melalui WhatsApp seharga Rp2,5 juta per orang.
Selanjutnya uang tersebut diberikan kepada si perempuan sebesar Rp1,5 juta, sedangkan sisanya Rp1 juta untuk muncikari. Perbuatan ini dilakukan sejak 2020.
Jansen menjelaskan, ketiga bule itu nekat menjadi PSK karena faktor ekonomi. Di mana sebelumnya para WNA itu datang ke Bali sebelum covid-19. Saat corona melanda, mereka terjebak, dan kehabisan uang.
"Sekarang belum bisa pulang dan mengambil kerja sampingan dengan menjajakan diri," ujar Jansen.
"Sebelum corona, para PSK itu berada di diskotek. Lalu pelaku (muncikari) mulai berkenalan dan menawari mereka untuk dia jual," kata Jansen. (rb/mar/yor/mus/JPR)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti