2 Penyebab Stunting yang Wajib Diketahui Ayah dan Bunda, Catat, ya!

Senin, 28 November 2022 – 06:11 WIB
Pencegahan stunting lewat pemberian vitamin di Puskesmas. Ilustrasi anak: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sidrap, Dr Ns H Basra, S.Kep, M.Kes membeberkan dua faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada anak.

Menurutnya, dua hal itu adalah kekurangan gizi kronis dan infeksi yang berulang.

BACA JUGA: Kepedulian Tinggi Cegah Stunting, Sido Muncul Beri Bantuan Bersama Universitas Warmadewa

"Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang," kata Basra menanggapi pemicu terjadinya Stunting pada anak di manapun berada termasuk di Kabupaten Sidrap, Minggu.

Basra mengatakan kondisi stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan seorang anak yang berada di bawah anak seusianya atau standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

BACA JUGA: Percepatan Penurunan Stunting, Ganjar Kenalkan Program Dapur Sehat

“Perlu ditegaskan bahwa anak pendek belum tentu stunting, tetapi anak stunting sudah tentu pendek, hal ini bisa terjadi karena memang anak tersebut pendek karena genetic tetapi tidak stunting,” jelasnya.

Basra membeberkan stunting tak hanya membuat fisik menjadi terhambat, tetapi tumbuh kembang otak buruk.

BACA JUGA: Tekan Stunting di Indonesia lewat Gerakan Nasional Aksi Bergizi

"Anak akan sulit belajar, tidak cerdas dan sulit konsentrasi, dan kalau stunting telah terjadi yang bisa dilakukan hanya memperbaiki gizi agar dampaknya tidak lebih besar," ungkapnya.

Basra menyebut kasus stunting dapat terjadi akibat anak tersebut sulit mendapatkan akses terhadap gizi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Beberapa alasannya karena faktor ekonomi orang tua ataupun kurang pengetahuannya keluarga terkait pola asuh dan pola makan yang baik.

“Stunting tidak hanya terjadi pada keluarga yang kurang mampu, banyak keluarga yang berada tetapi anaknya Stunting, ini menggambarkan Stunting bukan hanya masalah ekonomi tetapi terkait pola asuh dan pola makan yang salah,” jelas Basra.

Saat ini angka prevalensi Stunting Sidrap berdasarkan data SSGI 2021 sebesar 25,4 persen, sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas toleransi stunting suatu negara hanya 20 persen.

Terkait penanganan stunting di Kabupaten Sidrap, Basra menuturkan telah mengembangkan inovasi "Sahabat Stunting" atau "Saya Hadir Buat Stunting" merupakan program pendampingan dengan sasaran ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan remaja putri melalui pemberian edukasi dan layanan kesehatan terkait pencegahan stunting. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler