20 Persen Anak Orang Kaya di Indonesia Alami Stunting

Jumat, 24 Mei 2019 – 17:33 WIB
DR Ir Umi Fahmida, peneliti SEAMEO RECFON menyebutkan fakta 20 persen anak orang kaya mengalami stunting. Foto : Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Sekitar 20 persen anak orang kaya ternyata mengalami stunting. Fakta ini diungkapkan DR Ir Umi Fahmida, peneliti utama South East Asia Ministers of Education Organization (SEAMEO) RECFON (Regional Center for Food and Nutrition).

Menurut dia, stunting bukan hanya dialami anak orang miskin. Anak-anak orang kaya juga tidak lepas dari stunting.

BACA JUGA: Uji Coba Intervensi Tim RSCM Sukses Turunkan Prevalensi Stunting di Pandeglang

"Kenapa anak orang kaya bisa stunting, karena ibunya melakukan pola asuh yang salah. Saat anaknya lahir, tidak diberikan ASI eksklusif makanya pertumbuhan anaknya berbeda dengan anak normal lainnnya," kata Umi dalam diskusi kesehatan di Kantor SEAMEO, Kampus Universitas Indonesia, Jumat (24/5).

BACA JUGA : Jokowi Minta Pemda Segera Selesaikan Masalah Stunting

BACA JUGA: Mencari Solusi dari Meluasnya Jejak Beracun Asap Rokok

Dia menyebutkan, angka stunting di Indonesia cukup tinggi. Dari 12 negara anggota ASEAN, Indonesia menempati rangking 10 tertinggi angka stunting.

Penyebabnya salah satunya adalah kecenderungan orang tua yang lebih memilih belanja rokok ketimbang makanan bergizi untuk anaknya.

"Belanja rokok di Indonesia menjadi pengeluaran terbesar ketiga dalam rumah tangga (12,4 % dari pengeluaran rumah tangga). Ini setara dengan dengan jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli sayur-mayur (8.1%) serta telur dan susu (4.3%)," ujar Umi.

BACA JUGA: Susu Bantu Pertumbuhan Anak - anak Generasi Emas dan Cegah Stunting

BACA JUGA : Istri Menteri Desa Terjun Langsung ke Kampung Tangani Stunting

“Bayangkan, kalau yang 12% itu disisihkan, akan sangat berkontribusi untuk keragaman pangan yang bermanfaat bagi peningkatan gizi anak. Uang itu bisa dibelikan sesuatu yang berguna, mungkin dibelikan telur, ikan sayur dan buah,” sambungnya.

Merujuk pada hasil analisis data Indonesian Family Life Survey (IFLS), kemungkinan anak dari keluarga perokok menjadi stunting lebih besar dari anak keluarga tanpa perokok.

Selain itu, berdasarkan studi dari Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) Universitas Indonesia, anak-anak dari keluarga perokok kronis memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih pendek dan lebih ringan dibandingkan dengan anak dari keluarga tanpa perokok.

BACA JUGA : 3 Kiat Cegah Stunting pada Anak Sejak Hamil

Umi menegaskan, akar persoalan stunting bisa dilihat dari tiga hal. Pertama, yang langsung itu karena asupan gizi anak jelek atau kurang.

Kedua, dipengaruhi oleh seringnya anak sakit sehingga penyerapan zat gizi tidak optimal. Ketiga, adalah pengaruh pola pengasuhan keluarga.

"Keluarga ini bukan cuma ibu tetapi juga bapaknya," cetus Umi.

Menurut dia yang pernah mendapat penghargaan dari Universitas Indonesia ini, faktor keluarga berpengaruh cukup besar.

Namun, Umi juga menjelaskan, ada faktor-faktor lain di tingkat komunitas antara lain seperti akses pelayanan kesehatan , kesehatan lingkungan dan ketersediaan pangan.

Sementara menurut Grace Wangge, manajer riset dan konsultasi SEAMEO RECFON, dalam jangka panjang, stunting tidak hanya mengakibatkan masalah pada masa depan balita stunting itu sendiri.

“Stunting akan menjadi masalah trans-generasi, dimana ibu yang pendek, cenderung akan mempunyai juga anak yang stunting”, ujar peneliti yang juga dokter lulusan UI ini. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Kiat Cegah Stunting pada Anak Sejak Hamil


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler