KABUL - 2010 menjadi tahun paling mematikan bagi warga sipil AfghanistanPernyataan itu dirilis Afghanistan Rights Monitor (ARM) kemarin (1/2) berdasar jumlah korban tewas di Bumi Opium itu selama setahun terakhir
BACA JUGA: Rabu Pagi, Evakuasi Perdana Tiba
Dalam waktu sekitar 12 bulan, tidak kurang dari 2.400 warga tak berdosa tewas akibat kontak senjata pasukan koalisi dan militan"Segala hal terkait dengan perang meningkat pada 2010," terang ARM dalam laporan tahunannya seperti dilansir Agence France-Presse
BACA JUGA: Myanmar Rapat Parlemen setelah 20 Tahun
Jika dibandingkan dengan satu dekade lalu, saat militer Amerika Serikat (AS) menginvasi Afghanistan, jumlah warga sipil yang tewas tahun lalu mencetak rekor terbanyakSampai Desember lalu, jumlah warga sipil yang menjadi korban pertempuran pasukan koalisi dan militan mencapai 2.421 jiwa
BACA JUGA: Demonstran Mesir Galang Sejuta Massa
Jumlah tersebut 89 lebih banyak jika dibandingkan dengan data korban sipil yang tewas pada 2009Menurut ARM, Taliban dan militan Afghanistan lainnya bertanggung jawab atas kematian 60 persen korban tewasSedangkan 21 persen lainnya tewas di tangan pasukan koalisi yang dipimpin AS"Pasukan Afghanistan bertanggung jawab atas kematian sekitar 12 persen lainnya," lapor ARM dalam keterangan resmi yang dipublikasikan kemarin ituSisanya, 7 persen, tewas akibat faktor-faktor lain di luar pertempuran
Selain merenggut 2.421 nyawa penduduk sipil, operasi militer di Afghanistan mengakibatkan sedikitnya 3.270 warga tak berdosa terluka"Mereka tewas dan terluka dalam serangkaian kontak senjata yang terjadi Januari sampai Desember 2010 di seantero Afghanistan," ungkap ARMItu belum termasuk puluhan ribu warga sipil yang terpaksa mengungsi untuk menghindari pertempuranMereka biasanya mengungsi di desa-desa di kaki gunung yang menjadi tempat persembunyian militan
Organisasi HAM yang bermarkas di kota Kabul itu juga melaporkan adanya peningkatan jumlah pasukan keamanan sepanjang 2010Pasukan koalisi dan pasukan Afghanistan sama-sama menambah jumlah personelnya tahun laluPenambahan personel berkisar 350.000 orang
Tapi, seiring dengan bertambahnya jumlah personel keamanan tersebut, insiden terkait dengan keamanan juga meningkatTak tanggung-tanggung, menurut ARM, jumlah insiden keamanan yang terjadi naik 100 persen tiap pekan
Dalam laporannya, ARM juga menuding pasukan koalisi sengaja mengalirkan dana khusus untuk membiayai aksi kriminal kelompok militan AfghanistanKelompok-kelompok militan yang dibeli AS itu lantas diperintah memerangi TalibanTerutama di sepanjang perbatasan yang bergunung-gunung dan hanya bisa dijangkau lewat jalur darat
Langkah tersebut dinilai efektif karena selama ini operasi militer gabungan AS dan Afghanistan selalu gagal memberantas Taliban di sarangnya"Masyarakat setempat menjuluki kelompok-kelompok militan yang dibeli AS tersebut sebagai kelompok kriminal dan pemangsa warga sipilSelain itu, mereka kerap melakukan pelanggaran-pelanggaran HAM berat dalam masyarakat," lanjut ARM
Karena itu, kelompok independen tersebut mengimbau pemerintah untuk lebih tegas menyikapi hal ituSebab, jika tidak dihentikan, Afghanistan yang kini sudah menjadi medan perang akan menjelma jadi killing field(hep/c3/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Malaysia Mulai Adili Bajak Laut Somalia
Redaktur : Tim Redaksi