jpnn.com - JAKARTA - Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Ismed Hasan Putro menyebut harga daging sapi di pasaran belum pernah mengalami penurunan sejak tahun 2012.
Dari pantauannya, saat ini harga daging di pasar tradisional masih berkisar antara Rp 90 ribu-Rp 100 per kilogram.
BACA JUGA: Dirut RNI Sebut Kartel Masih Marak di Era SBY
Harga tersebut dua kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan di negara lain, seperti Malaysia. Di mana harga daging sapi di Malaysia hanya dijual seharga Rp 49 ribu per kg. Kalau terus dibiarkan seperti ini, kata Ismed, bukan tidak mungkin Indonesia bisa mengalami 'puasa daging' pada tahun 2016.
"Di Kuala Lumpur harga daging sapi Rp 49 ribu sekilo, di Indonesia sudah dua tahun tidak turun-turun harganya. Maka di Indonesia bisa jadi mengalami krisis (daging sapi, red) di tahun 2016," ujar Ismed di Kantor RNI, kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Minggu (12/10).
BACA JUGA: Genap Berusia 50, RNI Rambah Bisnis Properti
Untuk mengantisipasi hal tersebut, perseroan bakal melakukan ekspansi bisnis di sektor agri industri, terutama sektor peternakan sapi. Hal itu dilakukan guna memenuhi kebutuhan sapi hidup di Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, pihaknya bakal melepas sebanyak lima ribu ekor sapi. Namun, sayangnya program tersebut masih terhalang izin dari Kementerian Perdagangan untuk impor sapi indukan yang bisa dikembangkan di Indonesia.
BACA JUGA: Kendala Lahan Proyek Listrik Dihilangkan
Padahal, bila izin Kemendag bisa dikantongi, ia yakin bisa menurunkan harga daging sapi.
"Untuk impor itu kami belum dapat izin dari Kemendag, RNI masih diperlakukan diskriminatif oleh Kemendag. Padahal RNI bisa memanfaatkan ini untuk menurunkan harga daging sapi yang sampai saat ini masih bertahan Rp 90 ribu. Ini karena adanya ketelibatan kartel dan impor sapi," bebernya. (chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kembangkan ESDM-Infrastruktur Butuh Dana Investasi USD 57 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi