2018, Indonesia Akan Ekspor Jagung Komposit 500 Ribu Ton

Jumat, 18 Mei 2018 – 17:05 WIB
Tampak komoditas jagung siap diekspor ke sejumlah negara. Kementan menargetkan akan mengekspor jagung sebanyak 500 ribu ton ke sejumlah negara tahun ini. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia sejak tahun 1980 hingga 2015, menggantungkan kebutuhan Jagung Komposit, untuk Industri Pakan Ternak. Seiring perkembangan Industri Peternakan, hingga kini sudah mengantarkan negeri ini berswasembada protein unggas yang ditandai dengan "Ekspor Produk Daging Ayam Olahan” ke Jepang.

Untuk diketahui, Negeri Matahari Terbit merupakan negara tujuan ekspor yang sangat bergengsi, karena negeri ini sangat superketat dalam menetapkan standar produk yang bisa masuk ke negaranya.

BACA JUGA: Kementan: Distribusi Pangan Perlu Pengawasan

Jagung, merupakan komponen terbesar dari produk pakan ternak lebih dari 70 persen kandungan pakan ternak adalah jagung. Indonesia, mengikuti perkembangan Industri Peternakan maka kebutuhan akan komoditas ini menjadi vital, data statistik menunjukkan total impor jagung kita, rata-rata 3 juta ton setiap tahunnya dengan nilai total devisa negara yang tersedot sekitar Rp 12 triliun.

Mentan, Andi Amran Sulaiman yang bertugas sejak Oktober 2014, langsung bekerja, dan menetapkan prioritas tugas, membenahi sarana produksi padi. Juga memperbaiki irigasi tiga juta hektare untuk peningkatan komoditas beras, kesibukan yang menyita waktu.

BACA JUGA: Pasokan Cabai dan Bawang Merah Aman dan Harga Stabil

Namun, tiba-tiba Mentan dikagetkan dengan demo "Peternak Unggas" di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, yang meminta "Mentan Andi Amran Sulaiman" turun dari jabatannya, 3 Februari 2016, karena kurangnya pasokan jagung dan harga melonjak hingga Rp 10.000 per kilogram di tingkat pengecer.

Andi Amran Sulaiman, saat itu sedang berada di sekitar Kabupaten Lumajang. Ia sedang melakukan kunjungan kerja (kunker) dalam rangka peningkatan produksi hortikultura, bawang dan cabai. Karenanya, Mentan langsung membelokkan rute kunker, ditemani Pangdam V Brawijaya, hari itu juga langsung datang menemui Peternak yang berdemo.

BACA JUGA: Kementan Anggap Impor Beras Tidak Logis

Mentan saat itu meminta Bulog Divre Jawa Timur segera memasok kebutuhan Jagung peternak dan menjual dengan harga tidak boleh lebih dari Rp 7.000 per kilogram.

Mentan Andi Amran Sulaiman, usai kunjungan kerja di Provinsi Jawa Timur, langung mengundang stakehollder dari industri pakan ternak.

Dalam pertemuan tersebut, Mentan mewajibkan industri pakan ternak untuk terlibat langsungmeningkatkan produksi jagung, dan bermitra dengan kelompok tani dalam koordinasi dinas pertanian, provinsi dan kabupaten. Kegiatan ini diiringi dengan pembatasan impor jagung.

Kebijakan Menteri Pertanian tersebut terbukti, membuahkan hasil yang ditandai dengan turunnya impor jagung Indonesia,. Pada tahun 2016, periode Januari hingga Oktober, hanya 130.677 ton berdasarkan data BPS. Ini menunjukkan penurunan impor jagung, yang sangat tajam bila dibandingkan periode 2010 hingga 2015. Tahun 2016 tercatat sebagai impor jagung yang terendah, kurun waktu lima tahun.

Selanjutnya, Mentan Amran Sulaiman, tidak langsung berdiam diri. Ia mendorong peningkatan produksi jagung petani karena pasti berdampak pada nilai jual jagung petani. Hal itu dilakukan sebelum menjadi masalah.

Mentan kemudian menghadap Presiden Jokowi meminta Perpres, untuk penetapan harga dasar. Dalam waktu satu pekan, Peraturan Presiden tentang Harga Dasar Pembelian Jagung Petani Rp 3150 per kilogram, kadar air 15 sampai 20 persen.

Perpres, harga dasar pembelian jagung petani oleh pemerintah (BULOG), diyakini menjadi pemicu, meningkatnya luasan tanam jagung di berbagai provinsi, terutama Sentra Nasional, seperti Gorontalo yang sudah ekspor hingga periode Mei 2018 sebesar 80 ribu ton, Sulawesi Selatan hingga Mei 2018 mencapai 70 ribu ton, menyusul Nusa Tenggara Barat, menargetkan ekspor hingga 200 ribu ton.

Dari pencapaian tersebut, tidak bermimpi atau mengada-ada, Indonesia menargetkan ekspor jagung sebesar 500 ribu ton tahun ini.

Mentan Amran Sulaiman, tidak hanya, tinggal diam. Dalam berbagai lawatan ke kawasan ASEAN, Mentan selalu menawarkan Produksi Petani Indonesia.

Menurut Mentan, Kawasan Asean menjadi peluang pasar Ekspor Komoditas Pertanian, karena selain Indonesia, dekat dari sisi geografis, dan secara ekonomis, harga yang ditawarkan Indonesia jauh lebih murah bila diimpor dari mancanegara.

Malaysia, membutuhkan Jagung lebih dari 2 juta ton, setiap tahunnya dan Filipina sekitar 1 juta ton, negara-negara tetangga di ASEAN, sudah menyatakan minat untuk Impor Jagung dari Indonesia. Bahkan Filipina sudah MoU dan hingga Mei 2018, realisasi Ekspor Jagung Indonesia hampir 200 ribu ton ke negara Filipina. Di luar 3 provinsi di atas, Indonesia masih memiliki Sentra Produksi Jagung yang juga sangat potensial di Provinsi Jatim, Jateng, Sumut, Sumsel, Lampung dan Kalimantan yang hampir semua wilayahnya dapat menjadi pengembangan tanaman jagung.

BPS, baru-bari ini, merilis, data yang menggembirakan, di saat ekspor dari sektor lain, menurun, sektor pertanian justru menyumbangkan angka kenaikan ekspor yang signifikan.
Angka kenaikan ekspor komoditas pertanian, yang bersumber dari BPS, 300 miliar USD, ekspor komoditas pertanian terbesar di luar sektor perkebunan, disumbang dari ekspor jagung, beras, ubi kayu, ubi jalar dan komoditas hortikultura.

Negara tujuan ekspor komoditas pertanian Indonesia adalah Filipina, Australia, Tiongkok, dan Taiwan.(humastan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Gelar Pangan Murah di Seratus Titik  


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler