jpnn.com, JAKARTA - Direktur Business Planning PT Pertamina International Shipping (PIS) Eka Suhendra mengungkap target jangka panjang dan strategi PIS untuk meraih nol emisi pada 2050.
Salah satunya adalah dengan mengakselerasi inisiatif dekarbonisasi agar mencapai target pengurangan karbon emisi hingga nihil pada 2050 dan meningkatkan kontribusi bisnis hijau menjadi 34% pada 2034.
BACA JUGA: PIS Bantu Sistem Irigasi Bertenaga Surya di Cagar Biosfer Komodo
Eka memaparkan target pengurangan karbon emisi dari PIS, sudah selaras dengan strategi jangka panjang dari organisasi International Maritime Organization (IMO).
Dengan komitmen ini, PIS tidak hanya mendukung inisiatif global untuk melawan perubahan iklim, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya operasional terkait emisi.
BACA JUGA: BATIC 2024 Siap Berikan Kontribusi yang Signifikan Terhadap Kinerja Bisnis Telkom Group
“Pertamina dan PIS memiliki komitmen dalam peningkatan sustainability dan green economy dalam operasionalnya sebagai bagian dari transformasi hijau bersama. Strategi kami untuk mencapai realisasi target jangka panjang tersebut adalah melalui pengurangan emisi sebesar 32% pada 2030 yang merupakan langkah awal untuk mencapai Net Zero Emission pada 2050, sesuai target dari IMO,” ujar Eka.
Dalam mendukung realisasi target jangka panjang tersebut, Eka menyatakan PIS telah melakukan sejumlah inovasi khusus untuk mengurangi produksi emisi karbon dalam seluruh lini bisnisnya.
BACA JUGA: Siap Beri Dukungan Pembiayaan, BTN Bidik 150 Ribu Rumah Rendah Emisi
Salah satunya melalui pengembangan teknologi Energy Saving Devices dan pengembangan desain kapal yang ramah lingkungan.
“Pertamina sendiri punya 10 fokus sustainabilitas operasi yang terbagi dalam tiga komponen utama yakni Environmental, Social, dan Governance. Untuk contohnya sendiri terkait perlindungan keanekaragaman hayati PIS telah melakukan investasi pemasangan ballast water treatment di armada kapal PIS untuk meminimalisir kerusakan ekosistem laut di sekitar kapal,” ucap Eka.
PIS juga turut memberlakukan inovasi-inovasi teknologi hijau untuk kapal baru dan konversi bahan bakar melalui teknologi dual fuel yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga 30 persen.
Selain mengurangi produksi karbon emisi, PIS juga menargetkan peningkatan signifikan terhadap kontribusi laba yang dihasilkan dari Green Cargo Business, seperti Liquified Natural Gas (LNG) dan Liquified Carbon Dioxide (LCO2).
“PIS juga memiliki aspirasi sampai 2034 untuk meningkatkan revenue dari low carbon business seperti LPG, LNG, dan amonia. Kami berharap melalui berbagai inisiatif dan strategi yang telah kami implementasikan, PIS dapat meningkatkan kontribusi sektor bisnis hijau menjadi 34% dalam sepuluh tahun ke depan. Saat ini angka tersebut berada di sekitar 15% dari total kontribusi bisnis PIS,” papar Eka.
Eka memaparkan salah satu strategi PIS untuk meningkatkan kontribusi bisnis hijau adalah melalui pasar bahan bakar hijau.
Volume perdagangan LPG dunia diproyeksi akan tumbuh 13 persen dalam 5 tahun ke depan.
Adapun impor LPG dari empat negara besar di Asia, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan India diproyeksikan bakal naik 35,4 persen di 2028.
Di Indonesia permintaan LPG untuk kebutuhan rumah tangga akan naik rata-rata 3,9 persen per tahun sampai 2030.
Sementara untuk amonia, volume perdagangannya diproyeksikan naik rata-rata 22,5 persen per tahun hingga 2028.
Untuk melayani pasar bahan bakar hijau yang terus berkembang, PIS mendatangkan 2 unit kapal tanker baru berupa Very Large Gas Carrier (VLGC) yang dikhususkan untuk mengangkut muatan LPG dan Amonia.
Dengan hadirnya dua unit kapal tersebut, diharapkan PIS dapat meningkatkan kapasitas pengangkutan bahan bakar low carbon baik di dalam maupun luar negeri.
“Strategi jangka panjang kami untuk memangkas produksi karbon emisi dan meningkatkan kontribusi bisnis hijau sudah sejalan dengan visi Nol Emisi Pemerintah Indonesia pada 2060. Meskipun kami menargetkan 10 tahun lebih cepat di tahun 2050. Kedepannya kami berharap PIS dapat menjadi pelopor dalam program dekarbonisasi khususnya di industri shipping," seru Eka.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada