jpnn.com, JAKARTA - Ada perubahan mindset di kalangan perguruan tinggi dunia soal menu makanan. Pada Febuari 2022, hampir tiga perempat perwakilan Serikat Mahasiswa Universitas Cambridge memilih menu 100% berbasis nabati di kampus mereka.
Capaian tersebut dirayakan para mahasiswa sebagai langkah signifikan menuju keadilan iklim untuk semua orang di bumi.
BACA JUGA: 4 Penyebab Anak Kekurangan Nutrisi, Coba Tambahkan Camilan Agar Seimbang
Saat ini, mereka mulai menegosiasikan transisi menuju menu katering berbasis nabati dengan bantuan program Plant-Based Universities yang diinisiasi oleh organisasi untuk keadilan hewan dan iklim, Animal Rebellion.
Menurut Manajer Program Nutrisi Esok Hari di Indonesia Among Prakosa, program Plant-Based Universities juga mulai diterapkan satuan pendidikan dan institusi publik di tanah air dengan menyajikan makanan yang lebih ramah lingkungan.
BACA JUGA: Menanjak Terus, Nilai Pasar Makanan Berbasis Nabati Diprediksi Capai USD 34,24 Miliar
"Di Indonesia, ada enam institusi dengan lebih dari 500 siswa di tiga provinsi yang berkomitmen untuk menyajikan menu 100% berbasis nabati setidaknya satu hari dalam seminggu," kata Among Prakosa dalam keterangannya, Kamis (2/3).
Dia menjelaskan setelah berdialog dengan Nutrisi Esok Hari pada 2021, tiga institusi telah menyajikan menu 100% berbasis nabati. Setidaknya satu hari dalam seminggu, dengan jumlah sajian 18.506 menu makanan berbasis nabati.
BACA JUGA: Hewani Atau Nabati: Susu Apa yang Paling Baik Bagi Kesehatan?
Tiga institusi lainnya akan mulai mengimplementasikan komitmen tersebut di tahun ini. Secara keseluruhan diperkirakan 65.054 menu makanan berbasis hewani akan dialihkan ke pilihan yang lebih berkelanjutan dan lebih sehat.
"Kemajuan tersebut merupakan contoh bagaimana perubahan kecil dapat berdampak besar bagi bumi dan kesehatan manusia," ujarnya.
Nutrisi Esok Hari inisiatif yang diinisiasi oleh Act For Farmed Animals, koalisi perlindungan hewan internasional Sinergia Animal dan Animal Friends Jogja, menawarkan dukungan dan pelatihan untuk institusi swasta dan publik yang bersedia menyajikan setidaknya 20% makanan berbasis nabati di restoran, kafe, dan kantin mereka.
Program tersebut meliputi bantuan secara gratis oleh ahli gizi profesional dan koki ahli masakan nabati.
Sejauh ini, komitmen yang dikumpulkan oleh Nutrisi Esok Hari berpotensi membantu menyajikan 65.054 makanan berbasis nabati per tahunnya.
“Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan yang signifikan terkait jumlah orang yang memilih untuk menerapkan pola makan berbasis nabati di seluruh dunia," ucap Among Prakosa.
Salah satu alasan penting yang melatarbelakangi hal tersebut, ujarnya adalah adanya darurat iklim. Produk hewani, seperti daging sapi dan produk susu merupakan beberapa makanan dengan polusi yang sangat tinggi untuk dikonsumsi.
Lebih lanjut dikatakan di Amerika Serikat, sebanyak 250 perguruan tinggi memiliki lebih banyak opsi nabati melalui inisiatif Aramark, perusahaan katering di negara tersebut.
Aramark berkomitmen secara signifikan meningkatkan opsi makanan berbasis nabati di sekolah. Pada 2025, hampir setengah menu (44%) yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut berbasis nabati, dengan melakukan hal tersebut Aramark mencapai tujuannya guna mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 25 persen pada 2030.
“Para siswa akan menjadi makin sadar dan peduli tentang dampak dari makanan yang mereka konsumsi. Tren ini pasti akan datang di Indonesia juga," pungkas Among. (esy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad