jpnn.com, JAKARTA - Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) hari ini merayakan 49 tahun proklamasi kemerdekaan yang dirayakan setiap 28 November.
Timor Leste memproklamirkan kemerdekaan dari Portugis pada 28 November 1975 setelah dijajah selama 4 abad.
BACA JUGA: Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta Ikut Nobar Laga Indonesia vs Jepang
Pusat peringatan proklamasi kemerdekaan ini setiap tahun dirayakan secara khusus di Distrik Oecusse-Ambeno yang dekat dengan wilayah Provinsi NTT, Indonesia.
Dilansir dari website Tourism Timor Leste, pada malam sebelum peringatan Hari Kemerdekaan, masyarakat RDTL yang mayoritas beragama Katolik akan menghadiri misa/ibadah di Gereja St Mikhael Malaikat Agung di Oecusse.
BACA JUGA: Bawaslu dan CNE Timor Leste Teken Perjanjian Kerja Sama, Ini Harapan Sekjen Ichsan Fuady
Selain itu, masyarakat RDTL juga menghadiri kegiatan peletakan bunga untuk para pahlawan tanah air di Pemakaman Santa Cruz di distrik tersebut pada hari yang sama.
Misa dan upacara bendera juga diadakan di pagi hari pada 28 November di 13 distrik di Timor Leste, tergantung dari kebijakan di wilayah masing-masing.
BACA JUGA: Penjelasan Danrem Brigjen Antoninho Tentang Program KSAD di Perbatasan RI-Timor Leste
Pada hari ini juga diadakan upacara bendera secara kenegaraan. Pemerintah RDTL menggelar kegiatan pengibaran dan penurunan bendera pada pagi dan sore hari.
Upacara tersebut diadakan di Lapangan 1 Mei, Palaban, Oecusse. Kegiatan itu juga diramaikan dengan pesta budaya, kuliner, layaknya perayaan kemerdekaan di setiap negara.
Mengapa Oecusse-Ambeno jadi Pusat Peringatan Proklamasi Kemerdekaan ?
Oecusse-Ambeno adalah kata majemuk dengan nama dua kerajaan asli yang membentuk distrik, bagian dari RDTL.
Dilansir dari website resmi pemerintah RDTL, Oecusse terletak di pantai utara bagian barat pulau Timor. Pulau ini merupakan daerah kantong Timor-Leste, karena dipisahkan dari bagian lain negara oleh provinsi Timor-Timur dahulu di Indonesia.
Ibu kotanya adalah Pante Makassar yang pada zaman Portugis dikenal dengan nama Vila Taveiro. Distrik Oecussi-Ambeno identik dengan kotamadya Oecussi pada masa Timor Portugis, distrik Timor terakhir yang diangkat menjadi kotamadya pada Agustus 1973.
Wilayahnya mencakup Kecamatan Nitibe, Oesilo, Pante Makassar, dan Passabe. Oecusse-Ambeno adalah titik pertama di Pulau Timor tempat bangsa Portugal menetap, sehingga biasanya dianggap sebagai tempat kelahiran Timor-Leste.
Pada 1556, sekelompok biarawan Dominikan mendirikan pemukiman pertama di Lifau, setengah lusin kilometer di sebelah barat Pante Makassar.
Pada 1702, Lifau menjadi ibu kota koloni ketika menerima gubernur pertama yang dikirim oleh Lisbon, status yang dipertahankan hingga tahun 1767.
Portugis kemudian memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke Dili, sebagai akibat dari serangan bertubi-tubi pasukan Belanda.
Kemudian pada 1859, melalui Perjanjian Lisboa, Portugis dan Belanda membagi pulau tersebut menjadi dua bagian.
Timor Barat untuk Belanda, berbasis di Kupang. Sementara, Timor Leste untuk Portugis, berbasis di Dili. Portugis saat itu juga mengaku Oecussi-Ambeno sebagai bagian dari kekuasaannya meski berada di wilayah yang dikuasai Belanda di NTT.
Invasi Indonesia ke Timor Portugis terjadi di Oecusse. Namun, meski di bawah pendudukan Indonesia, Oecussi-Ambeno terus dikelola sebagai bagian dari Provinsi Timor Timur (sebutan Timor-Leste dalam bahasa Indonesia) kala itu seperti pada masa Portugis.
Oleh karena itu, setelah pengakuan kemerdekaan Timor Lorosa'e pada 2002, Oecusse-Ambeno dengan sendirinya menjadi bagian integral dari Timor Nation.
Kegiatan lomba peringati Proklamasi Kemerdekaan Timor Leste. Foto: Natalia Laurens/JPNN
Sorak Sorai Kemerdekaan di Culuhun
Semarak peringatan proklamasi kemerdekaan RDTL ini lebih banyak berpusat di Oecusse, sehingga tak banyak kegiatan digelar di Dili, ibu kota Timor Leste.
Tak ada perayaan gegap gempita yang secara khusus dilakukan masyarakat di Kota Dili. Pada 28 November, ditetapkan sebagai hari libur nasional, sehingga banyak perkantoran, sekolah, dan perguruan tinggi yang diliburkan.
Sejak beberapa hari sebelum peringatan kemerdekaan ini, masyarakat sudah mengibarkan bendera RDTL di depan rumah maupun pusat pertokoan di Kota Dili.
Sebagian besar masyarakat Dili merayakan kemerdekaan ini dengan liburan santai bersama kerabat dan keluarga di sepanjang tepi pantai yang menyusuri kota.
Sementara, sejumlah warga lainnya berinisiatif menggelar berbagai lomba seru di kampung masing-masing.
Lomba gigit sendok yang diikuti anak-anak Culuhun. Foto: Natalia Laurens/JPNN
Salah satunya di wilayah Culuhun. Masyarakat di Kampung Culuhun kompak berkumpul di kantor administrasi setempat untuk menggelar berbagai lomba yang diikuti anak-anak hingga orang dewasa.
Kegiatan lomba di antaranya panjat pinang dan gigit sendok dengan kelereng di atasnya serta aksi seru lainnya. Lomba-lomba ini diadakan sejak siang hingga petang.
Tampak masyarakat Culuhun antusias bersorak bahagia terutama anak-anak setiap kali menyaksikan lomba-lomba tersebut. Indahnya kebersamaan meski dalam balutan lomba sederhana. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia