Sebuah lowongan kerja sebagai masinis perempuan di Arab Saudi dibanjiri oleh 28 ribu pelamar, padahal hanya 30 posisi yang tersedia.

Perusahaan operator kereta asal Spanyol Renfe menyatakan bahwa pengecekan online terhadap latar belakang pendidikan dan penguasaan bahasa Inggris membuat mereka bisa menggugurkan lebih dari 50 persen lamaran yang sudah masuk.

BACA JUGA: Djokovic Merasa Tidak Berdaya saat Ditahan di Australia

Dari seleksi awal, sisanya masih akan terus disortir dan diperkirakan baru akan selesai pada pertengahan Maret.

Nantinya, para masinis perempuan tersebut akan mengemudikan kereta cepat antara Kota Medina dan Mekkah setelah menjalani pelatihan setahun dengan bayaran penuh.

BACA JUGA: Para Penjaga Rumah Orang Lain Ini Justru Hidup Lebih Santai di Australia

Renfe mengatakan sengaja ingin menciptakan kesempatan kerja bagi perempuan di bisnis mereka yang beroperasi di berbagai negara.

Saat ini Renfe sudah mempekerjakan 80 pria sebagai masinis sementara 50 orang lainnya sedang menjalani pelatihan.

BACA JUGA: Program Kerja Victoria Fokus Melatih Perempuan di Atas 45 Tahun dan Remaja di Bawah 25 Tahun

Peluang bagi perempuan Arab Saudi untuk mendapatkan pekerjaan sangat terbatas, biasanya mereka hanya bisa bekerja seperti menjadi guru atau petugas kesehatan karena pemisahan gender sangat ketat.

Perempuan bahkan tidak diizinkan mengendarai mobil sendirian di kerajaan tersebut sampai tahun 2018.

Partisipasi perempuan di dunia kerja meningkat dua kali lipat menjadi 33 persen selama lima tahun terakhir, sejalan dengan upaya Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi membuka negara tersebut dan mengembangkan perekonomian.

Sekarang perempuan Saudi sudah mulai bisa bekerja di lapangan kerja yang sebelumnya hanya diperuntukkan bagi pria atau pekerja migran.

Namun, menurut data statistik, proporsi perempuan yang bekerja di negara tersebut masih sekitar setengah dari pria yang bekerja.

Jumlah wanita yang bekerja saat ini adalah 34,1 persen dan jumlah perempuan yang tidak bekerja tiga kali lebih tinggi dari pria yaitu 21,9 persen.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News.  

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkah Australia Menerapkan Sistem Kerja Empat Hari Seminggu?

Berita Terkait