Novak Djokovic menggambarkan bagaimana rasanya ditahan oleh polisi perbatasan Australia sebelum dideportasi awal tahun ini.
Dalam rekaman yang belum pernah dirilis sebelumnya dari wawancara eksklusif dengan BBC, Djokovic mengatakan dia merasa tidak berdaya selama proses itu, karena visanya dibatalkan, kemudian dipulihkan, lalu dicabut lagi.
BACA JUGA: Sweeping di Perbatasan RI-PNG, Banyak Pendatang Ilegal
“Itu jelas tidak menyenangkan,” kata Djokovic.
"Saya tidak ingin duduk di sini dan mengeluh tentang kondisi di pusat penahanan itu karena saya tinggal di sana selama tujuh hari.
BACA JUGA: Para Penjaga Rumah Orang Lain Ini Justru Hidup Lebih Santai di Australia
"Ya, saya memang merasa tidak berdaya. Ketika saya tiba, saya tidak diizinkan menggunakan ponsel saya selama tiga, empat jam. Saat itu tengah malam dari jam 1 pagi hingga jam 9 pagi. Saya tidak bisa tidur karena saya menjalani pemeriksaan setiap 30 menit sekali.
"Saya menjalani banyak, banyak sekali wawancara. Mereka mulai, dan kemudian berhenti, dan kemudian beristirahat, dan kemudian saya akan menunggu orang itu berbicara dengan atasannya sebelum kemudian dia akan kembali lagi. Dan itu berlangsung sepanjang malam."
BACA JUGA: Program Kerja Victoria Fokus Melatih Perempuan di Atas 45 Tahun dan Remaja di Bawah 25 Tahun
Djokovic akhirnya diizinkan untuk berlatih.
Kalau dizinkan bertanding Djokovic sedang mengejar sejarah untuk menjadi petenis pertama di dunia yang merebut gelar grand slam ke-21, yang kemudian dicapai oleh petenis Spanyol Rafael Nadal.
Petenis Serbia ini tidak bisa bertanding setelah kemudian Menteri Imigrasi Australia Alex Hawke menggunakan haknya untuk mendeportasi petenis nomor satu dunia tersebut.
"Visanya dibatalkan, kemudian ditangguhkan, lalu dicabut lagi, lalu ditangguhkan lagi, jadi saya hanya bebas selama empat hari dan saya bisa latihan, tapi itu jelas bukan latihan biasa," kata Djokovic.
"Hari-hari yang biasanya normal sebelum kompetisi grand slam berubah menjadi hari-hari dengan helikopter terbang di atas Rod Laver Arena setiap saya berlatih. Kamera ada di mana-mana."
Petenis berusia 34 tahun itu juga mengatakan dia merasa 'terluka' dengan cara para pemain tenis dan staf lain memandangnya selama proses berlangsung.
Djokovic — yang kemarin mengungkapkan dia tidak divaksinasi dan akan terus absen dalam turnamen yang mensyaratkan vaksin — berharap untuk menggunakan infeksi COVID-19 sebelumnya sebagai pengecualian medis.
"Juga rekan-rekan saya, itu sangat menyakiti saya, karena saya merasakan energi dan tatapan itu dari rekan-rekan saya dan orang-orang yang berada di sekitar fasilitas tenis," katanya.
Jelas saya mengerti bahwa mereka memiliki persepsi yang didasarkan pada apa yang mereka lihat dari laporan media dan saya tidak muncul di media karena apa yang saya katakan sebelumnya untuk menghormati proses hukum dan menghormati Australia Terbuka."
Terlepas dari statusnya yang tidak divaksinasi dan penolakannya untuk menerima vaksin COVID-19, Djokovic mengatakan dia menganggap serius virus itu karena sudah terinfeksi dua kali.
"Saya akan mengatakan bahwa saya menanggapi COVID dengan sangat, sangat serius, seperti orang lain. Dan saya meyakinkan Anda bahwa saya mengambil tes PCR seperti orang lain," katanya.
"Jutaan orang telah dan masih berjuang dengan COVID di seluruh dunia. Jadi saya menganggap ini sangat serius.
"Saya terkena COVID dua kali. Yang kedua tanpa gejala, yang pertama sekitar satu tahun atau satu setengah tahun yang lalu dan bergejala, dan itu tidak mudah."
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkah Australia Menerapkan Sistem Kerja Empat Hari Seminggu?