3 Alasan Utama Impor Komoditas Pangan Masih Dianggap Wajar

Sabtu, 29 Desember 2018 – 22:03 WIB
Persediaan beras. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Suwardi mengatakan, impor komoditas pangan masih bisa ditoleransi dengan beberapa alasan.

"Pertama, produksi pangan belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jika tidak mengimpor, terjadi kelangkaan bahan pangan dan harga melonjak naik," ujar Suwardi, Sabtu (29/12).

BACA JUGA: Kebijakan Selektif, Impor Komoditas Sayuran Masih Wajar

Alasan kedua ialah impor pangan diterapkan karena produksi dalam negeri belum memenuhi kualitas standardisasi kebutuhan industri domestik.

"Ketiga, mengimpor bahan pangan untuk cadangan dan penstabil harga," kata Suwardi.

BACA JUGA: Jokowi: Negara Kita Punya Problem Besar

Suwardi menilai kebijakan impor pangan juga memiliki pengaruh positif terhadap sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Misalnya, impor pangan untuk kebutuhan industri bakal mendorong usaha bergeliat sehingga mendongkrak ekonomi.

BACA JUGA: Suarakan Kampanye Teletubbies, Sandi Berjanji Batasi Impor

Meski demikian, ucap Suwardi, pemerintah sebaiknya tetap memprioritaskan kualitas produksi pangan dalam negeri untuk memasok kebutuhan industri.

Aspek lainnya terhadap ekonomi bangsa, menurut Suwardi, kebijakan impor pangan yang difokuskan kepada kebutuhan masyarakat sehari-hari bakal memengaruhi penurunan harga di pasaran.

"Untuk komoditas yang sifatnya seperti itu perlu jika mulai terjadi kekurangan pasokan," ujar Suwardi.

Meskipun kebijakan impor komoditas pangan masih bisa ditoleransi dengan sebab tertentu, Suwardi mengimbau pemerintah tetap fokus kepada produksi pertanian dan kualitasnya dari dalam negeri.

Produksi pertanian yang jumlahnya telah dianggap lebih sebaiknya diprioritaskan sebagai program ekspor oleh pemerintah Indonesia. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Catat! Prabowo Presiden, Indonesia Tidak Akan Impor Apa pun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler