3 Hal Penting yang Harus Diperhatikan saat Isolasi Mandiri

Minggu, 04 Juli 2021 – 20:20 WIB
Kebutuhan tabung oksigen untuk pasien COVID-19 di Cianjur yang menjalani isolasi mandiri di rumah, meningkat sejak dua pekan terakhir. Foto: ANTARA/Ahmad Fikri

jpnn.com, JAKARTA - Pakar ilmu kesehatan Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan tiga hal penting yang harus diperhatikan warga selama menjalani isolasi mandiri (isoman) proses penyembuhan COVID-19.

"Dengan terus meningkatnya kasus COVID-19, maka amat banyak anggota masyarakat yang harus menjalani isolasi mandiri di rumahnya. Sebenarnya ada cukup banyak yang harus disiapkan dalam menjalani isolasi mandiri, tetapi secara praktis dapat dibagi menjadi tiga bagian utama," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (4/7).

BACA JUGA: Jangan Sembarangan Konsumsi Jahe, Simak Penjelasan Dokter Tania

Pertama, katanya, kebutuhan sehari-hari harus tetap terjaga baik. Misalnya, makan dan minum yang baik, istirahat yang cukup, ruang isolasi berventilasi baik, pakaian dan tempat tidur yang memadai.

Anggota keluarga pun harus dijamin keamanannya, misalnya jangan sampai ada arus pendek listrik di kamar karena pasien tertidur sambil alat elektronik menyala, atau tergelincir di kamar mandi karena penuh air, tidak dibersihkan.

BACA JUGA: Dokter Praseno Menyarankan Pasien COVID-19 Tidur Tengkurap, Simak Penjelasannya

"Harus ada dukungan moral dan sikap positif dari anggota keluarga dan kerabat. Tentu RT/RW setempat harus diinformasikan terkait proses isolasi di rumah," katanya.

Kedua, menurut Prof Tjandra, adalah aspek kesehatan, seperti obat-obatan, baik untuk COVID-19 maupun untuk penyakit penyerta yang mungkin ada, dan sudah rutin dikonsumsi.

BACA JUGA: Novel Bamukmin Melontarkan Sejumlah Tudingan Keras terkait PPKM Darurat

"Monitor keadaan kesehatan seperti ada tidaknya keluhan demam, batuk, sesak napas, sakit kepala, nyeri tubuh, diare, dan lainnya," katanya.

Tjandra mengatakan yang penting diawasi ada situasi perburukan dari keluhan yang dimonitor selama dua hingga tiga kali sehari.

"Misalnya tadinya batuk sedikit tetapi lalu jadi batuk berdahak kuning, dan lainnya. Lalu monitor dengan alat, misalnya saja dengan termometer yang relatif mudah didapat, atau lebih bagus lagi dengan oximetri untuk tahu situasi oksigen di tubuh, atau mungkin alat tensimeter untuk mengukur tekanan darah," katanya.

Tjandra mengingatkan, perlu juga dipastikan ketersediaan komunikasi dengan petugas kesehatan untuk konsultasi. Idealnya dengan dokter yang biasa merawat, atau dengan klinik, Puskesmas terdekat.

"Setidaknya dengan kenalan atau kerabat yang kebetulan berprofesi kesehatan. Ini sangat diperlukan karena kalau di rawat di rumah sakit maka tiap hari dokter akan visit, maka kalau di rumah akan baik sekali kalau secara berkala ada komunikasi dengan petugas kesehatan," katanya.

Pola hidup sehat tentu harus terjaga, termasuk berolahraga, menjaga kebersihan dan mengelola kemungkinan stres dengan baik, kata mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018 hingga 2020 itu.

Tiga, menurut Tjandra adalah pencegahan penularan dengan orang lain di dalam rumah.

"Pastikan tidur dalam kamar yang terpisah, memisahkan makanan, pakaian, alat mandi, dan alat pribadi lain serta memakai masker secara kalau terpaksa ada kontak dengan anggota keluarga lain, dan tentu rajin mencuci tangan," katanya. (antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler