jpnn.com, JAKARTA - Masakan Indonesia terkenal dengan citarasanya yang unik dan beragam. Namun, banyak juga makanan tradisional yang sebenarnya berbasis nabati atau vegan.
Asisten program Tantangan 21 Hari Vegan, Fasya Yahya menyampaikan Indonesia sangat beruntung memiliki banyak pilihan makanan vegan serta bahan lokal yang tersedia.
BACA JUGA: Lukisan Lonceng Natal dari Ratusan Kue Tradisional
"Sebenarnya membuat gaya hidup vegan menjadi relatif murah, terutama dengan menjelajahi dan meninjau kembali berbagai resep masakan tradisional kita,' ungkap Fasya Yahya dalam keterangannya, Selasa (29/8).
Sebagai informasi Tantangan 21 Hari Vegan, sebuah program pengenalan gaya hidup vegan yang dijalankan oleh Act for Farmed Animals (AFFA).
BACA JUGA: Mengatasi Krisis Iklim, Ilmuwan Desak Sekolah Beralih ke Makanan Nabati
AFFA merupakan koalisi organisasi perlindungan hewan Animal Friends Jogja dan NGO Internasional Sinergia Animal untuk mengurangi penderitaan hewan yang diternakkan dan mempromosikan pilihan makanan yang lebih welas asih.
Di antara kelezatan tersembunyi makanan Indonesia, terdapat kue tradisional yang banyak orang belum sadari sering disajikan dalam perayaan budaya, ritual, dan pertemuan keluarga yang sebenarnya berbasis nabati.
BACA JUGA: Menanjak Terus, Nilai Pasar Makanan Berbasis Nabati Diprediksi Capai USD 34,24 Miliar
Pilihannya pun sangat beragam seperti kepulauan di Indonesia, dengan lebih dari 30 pilihan tersedia yang memang berasal dari bahan dasar nabati atau dapat dibuat dengan hanya mengganti beberapa bahan dasar seperti menggunakan susu nabati atau margarin.
Fasya mengatakan membuat kue tradisional relatif mudah dan murah karena banyak sekali bahan yang bisa ditemukan di pasar lokal. Misalnya, kelapa yang menjadi bahan dasar dalam hampir semua kuliner Indonesia.
Tiga makanan tradisional terkenal yang sudah sangat terkenal dan juga vegan contohnya, Klepon, Onde Onde, dan Kue Lapis.
Klepon, hidangan yang hampir ada dalam perayaan sebagai camilan, adalah adonan yang diisi dengan gula aren cair (gula jawa, atau merah) dilapisi dengan kelapa parut. Adonannya terbuat dari tepung ketan, kadang dicampur dengan tapioka, dan pasta yang terbuat dari daun pandan atau dracaena (daun suji).
Kedua, onde onde, kudapan yang sangat renyah dan enak ini, terbuat dari tepung terigu atau tepung ketan yang digoreng atau direbus dan ditaburi wijen.
Kue tersebut diisi dengan isian manis, umumnya terbuat dari kacang merah atau kacang hijau, dan biasanya disajikan sebagai camilan atau snack dalam berbagai perayaan. Selain bahan-bahan tersebut, kita hanya membutuhkan minyak untuk menggorengnya sebelum dimakan.
Yang terakhir adalah kue lapis. Sebagai simbol perayaan dan kebersamaan, dengan lapisan warna dan rasa cerahnya yang memukau, jajanan ini biasanya terdiri dari dua lapis warna bergantian, sesuai nama kuenya. Ia terbuat dari tepung beras, sagu, santan, gula pasir, garam, dan pewarna makanan, seperti pandan misalnya untuk warna hijau.
Fasya mengungkapkan ada banyak cara untuk memperingati Hari Kemerdekaan dan mereka mencoba untuk mengajak masyarakat ikut serta melakukannya dengan memilih salah satu dari banyak pilihan kue tradisional berbasis nabati.
"Tanpa produk hewani dalam komposisinya, kita dapat mengatakan bahwa tidak ada hewan yang dirugikan untuk membuat makanan kita, yang justru membuatnya makin lezat," jelas Fasya.
Di Indonesia, lanjutnya, Tantangan 21 Hari Vegan sudah memberikan bantuan kepada 2.110 individu untuk membuat pilihan yang lebih welas asih dan sadar, dengan memberikan dukungan online secara gratis dari ahli gizi khusus dan menawarkan resep nabati yang mudah diikuti yang mencakup baik itu makanan lokal maupun tradisional. (esy/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad