jpnn.com, JAKARTA - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan ada tiga modal agar Indonesia merdeka dari virus tersebut.
"Dalam semangat kemerdekaan ini, saya ingin menyampaikan bahwa tujuan dari perang melawan Covid-19 ini adalah merdeka," ujar Wiku dalam konferensi pers yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
BACA JUGA: Umumkan Kasus Covid-19, Prof Wiku Beber Indikator Kesiapan Jawa-Bali Longgarkan PPKM
Merdeka yang dimaksud Wiku bukan berarti Indonesia dapat lepas seutuhnya dari pandemi, tetapi bisa hidup berdampingan dan mencapai normal baru demi menuju masyarakat produktif yang aman Covid-19.
"Merdeka bukan diartikan sebagai lepas seutuhnya dari Covid-19. Namun, mencapai kehidupan normal baru demi menuju masyarakat produktif," katanya.
BACA JUGA: Bersama Melawan COVID-19, PT Trinusa Dharma Utama Serahkan Batuan untuk Masyarakat Morowali Utara
Wiku menjelaskan modal pertama yang harus dipenuhi yakni soal kepatuhan menerapkan protokol kesehatan.
Tidak ada cara yang lebih efektif dan paling mudah dibandingkan patuh memakai masker dan menjaga jarak.
BACA JUGA: Anies Baswedan Mengeklaim Tingkat Keterpaparan Covid-19 DKI Makin Turun
Menurutnya, pencegahan penularan Covid-19 harus dilakukan secara disiplin dan terus-menerus untuk mencapai kehidupan produktif yang aman.
Berdasarkan data per 15 Agustus, masih ada sebanyak 25,59 persen desa/kelurahan dengan kepatuhan memakai masker yang rendah serta ada 26,21 persen desa/kelurahan di Indonesia dengan kepatuhan menjaga jarak yang rendah.
Data kepatuhan ini belum sepenuhnya menggambarkan kondisi di lapangan, karena dari 34 provinsi hanya empat provinsi yang lebih dari 50 persen desa/kelurahan yang melaporkan kepatuhan protokol kesehatan.
"Bahkan sebanyak sebelas provinsi atau kurang dari 10 persen desa/kelurahannya yang sudah melapor. Hal ini penting untuk segera diperbaiki agar modal kita semakin kuat dalam menuju Merdeka Covid-19," tutur Wiku.
Modal kedua yakni penguatan kebijakan dan koordinasi.
Ia menjelaskan, memasuki 2021 kebijakan penanganan Covid-19 berfokus pada karakteristik, kondisi, dan kesiapan daerah masing-masing.
Pasalnya, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota. Dengan begitu pendekatan yang dilakukan untuk penanganan Covid-19 dapat berbeda-beda setiap daerahnya.
Penguatan koordinasi melalui posko tingkat desa atau kelurahan menjadi salah satu inovasi yang diyakini masih terbaik dalam menekan laju penularan sejak dari hilir. Pembentukan posko ini akan diperluas di fasilitas publik.
Pemerintah masih mendapat batu sandungan yang membuat peranan posko ini belum berjalan optimal. Dari sekitar 80.000 desa/kelurahan di Indonesia, baru sekitar 23.000 yang membentuk posko.
Namun, dari angka itu tidak semuanya rutin melaporkan kinerjanya, rata-rata baru sekitar 46 desa/kelurahan di tiap provinsi yang telah melaporkan.
"Posko juga menjadi tombak pengawasan dan pelaporan kepatuhan protokol kesehatan serta penanganan dini pada tingkatan terkecil," kata Wiku.
Modal terakhir adalah kesiapan fasilitas kesehatan.
Menurut Wiku, saat ini kapasitas fasilitas kesehatan sudah jauh bertambah dan lebih baik dibandingkan pada awal pandemi.
Hampir 117.000 dari 276.000 atau 42 persen tempat tidur di rumah sakit seluruh Indonesia telah dimanfaatkan untuk penanganan Covid-19.
Begitu pula dengan jumlah laboratorium pemeriksaan mengalami pertambahan. Saat ini terdapat 796 laboratorium di seluruh Indonesia yang memungkinkan pemeriksaan dalam jumlah banyak.
Penguatan yang juga dilakukan yakni tempat isolasi terpusat sebagai antisipasi kenaikan kasus dan penuhnya rumah sakit rujukan.
Saat ini sudah terdapat lebih dari 20.000 tempat tidur dari isolasi terpusat di Jabodetabek, Bandung Raya, Solo Raya, Yogyakarta, dan Bali.
"Dengan ketiga modal ini, apabila seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah secara disiplin dan konsisten terus menguatkan dan meningkatkannya, maka bukan tidak mungkin kita akan mencapai titik di mana Indonesia merdeka Covid-19," ujar Wiku. (antara/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Adek