3 Perusahaan Tiongkok Berminat Investasi di Industri Alas Kaki Jatim

Selasa, 11 Oktober 2016 – 08:34 WIB
Ilustrasi. Foto: Radar Sukabumi

jpnn.com - SURABAYA – Tiga perusahaan asal Tiongkok tertarik untuk melakukan investasi industri alas kaki di Jawa Timur (Jatim). Minat itu dinyatakan para pebisnis Tiongkok saat Pemprov Jatim menghadiri pameran investasi dan perdagangan di Tiongkok pekan lalu.

’’Ada tiga perusahaan footwear (alas kaki, Red) asal Provinsi Fujian yang tertarik. Mereka ingin bekerja sama secara business-to-business,’’ kata Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Jatim Lili Soleh Wartadipradja di Surabaya kemarin (10/10).

BACA JUGA: Premi Bisnis Baru Topang Asuransi Jiwa

Satu di antara dua perusahaan yang dimaksud itu, lanjut dia, mempunyai pabrik di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Pabrik tersebut beroperasi sejak 2004 dengan serapan 2.000 tenaga kerja. Perusahaan PMA (penanaman modal asing) itu kembali ingin menambah satu pabrik di Jatim.

Sementara itu, dua perusahaan lain belum pernah menanamkan modal di Indonesia. Masing-masing perusahaan dari Tiongkok tersebut membutuhkan minimal 20 hektare (ha) tanah. ’’Untuk PMA yang berinvestasi di Jateng, mereka ingin kondisi lokasi investasi tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Kendal. Jadi, kami tawarkan daerah di ring 2 dan 3 yang mirip dengan Kendal. Misalnya, Jombang, Nganjuk, Ngawi, dan Bojonegoro,’’ lanjutnya.

BACA JUGA: Tebusan Amnesti Pajak Periode Kedua Diproyeksi Rp 30 T

 

Yang dimaksud mirip itu mengenai upah minimum kota/kabupaten (UMK). UMK Kendal 2016 mencapai Rp 1.639.600. Menurut Lili, Jombang dan Nganjuk cukup unggul dalam hal tersebut karena banyak industri alas kaki yang beroperasi di sana. Sementara itu, Bojonegoro lebih unggul dengan industri minyak dan gas (migas). Lalu, Ngawi lebih unggul dengan industri agro. ’’Bojonegoro dan Ngawi mungkin lebih butuh persiapan SDM (sumber daya manusia),’’ jelasnya.

BACA JUGA: Cadangan Devisa Surplus USD 115 Miliar

 

Lili mengungkapkan, faktor pemilihan Jatim sebagai lokasi investasi bagi investor tersebut lebih dipengaruhi asal daerah pengusaha Tionghoa di Indonesia. Sebagian besar pengusaha Tionghoa di Jatim berasal dari Provinsi Fujian. Pengusaha-pengusaha itu turut membantu BPM Jatim dalam mempromosikan keunggulan Jatim sebagai lokasi investasi. Di samping itu, Jatim terkenal dengan keunggulan listrik yang surplus hingga 2.000 megawatt (mw) sehingga cocok untuk industri padat karya.

 

Dia memperkirakan investor asal Tiongkok tersebut menanamkan modal di Jatim per PMA USD 100 juta–USD 200 juta. Dengan demikian, total potensi modal yang didapatkan bisa mencapai USD 300 juta–USD 600 juta. Dia berharap total serapan tenaga kerja di antara tiga perusahaan itu mencapai 6.000. Dengan begitu, serapan tenaga kerja di Jatim bisa lebih optimal dan angka penganggur berkurang.

Tiga perusahaan asal Tiongkok tersebut sama-sama berorientasi ekspor. Namun, Lili belum mengetahui bahwa pabrik yang akan dibangun di Jatim itu diperuntukkan memenuhi kebutuhan ekspor atau hanya pasar domestik. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, selama ini alas kaki belum masuk sepuluh besar komoditas ekspor nonmigas unggulan.

’’Bulan depan (November) mereka (investor Tiongkok) datang ke sini untuk meninjau lokasi investasi yang kami tawarkan. Kalau cocok, tahun depan mungkin bisa direalisasikan,’’ ujarnya. Hingga September 2016, realisasi investasi di Jatim mencapai Rp 47 triliun. Target realisasi investasi tahun ini mencapai Rp 50 triliun. (rin/c16/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IHSG Langsung Dibuka Melemah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler