3 Pilihan Sulit saat Menanti Momongan

Selasa, 03 Januari 2017 – 05:53 WIB
3 Pilihan Sulit saat Menanti Momongan. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - Bingung dengan tiga tawaran yang menyulitkan, seorang wanita yang tinggal di kawasan Waru, sebut saja Karin, 41, akhirnya memilih untuk mengadopsi anak dari suaminya, Donjuan, 45, dengan adik kandungnya sendiri sebut Sephia, 39.

Cukup berat memang, tapi itu pilihan terbaik untuk keluarganya.

BACA JUGA: Kisah Cinta dengan Pria Bule Pelit

Umi Hany Akasah - Radar Surabaya

Donjuan hanya bisa menunduk malu saat keluarga besar mengadilinya. Ia juga hanya terdiam saat sang istri, Karin, akan mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya pada akhir Desember 2016 lalu.

BACA JUGA: Sakitnya Tuh Di Sini, Suami Direbut Sahabat

Padahal, Karin juga tak kalah sedihnya. Perempuan yang tinggal di kawasan Waru, Sidoarjo, ini terus menangis tiada henti. Matanya sembab wajahnya terus ditekuk dalam suasana murung.

“Jahat, koen iku mas,” katanya mantap tanpa menoleh ke arah Donjuan.

BACA JUGA: Ketika Cinta Tumbuh Dilandasi Sifat Egois

Ia hanya menunduk sambil menghapus air mata dan hidungnya dengan tisu yang sejak dari tadi dipegangnya.

Karin sudah 15 tahun menikah dengan Donjuan. Tapi, mereka belum dikaruniai anak.

Meski demikian, Karin yang berprofesi sebagai PNS tak menyangka bila suaminya tega menghamili Sephia, adik kandungnya.

Meski sudah lama dia merasakan firasat Donjuan yang ingin berpoligami, tapi ia tetap tak menyangka kalau yang dipoligami adalah adiknya sendiri.

“Suami memang ngaku kalau semua uangnya habis untuk program hamil saya. Tapi mau gimana lagi, memang kami belum diberi rezeki (anak, Red),” ucap Karin.

Tiap bersanding di peraduan menjelang tidur, Karin mengaku Donjuan sering meminta izin kepadanya untuk menikah lagi.

Jika tidak boleh, Donjuan ingin mengadopsi anak dari saudaranya. Tapi, semua permintaan Donjuan itu selalu ditolaknya.

Karin bahkan mengancam akan minta cerai jika sampai Donjuan nekat mengadopsi anak. Apalagi sampai menikah lagi.

Saat antre mengajukan gugatan cerai di PA tersebut, ayah dan ibu Karin menghampirinya.

Mereka memberi tiga pilihan kepada Karin yang semuanya cukup berat.

Pertama, jika Karin bercerai maka orangtuanya akan menikahkan Donjuan dengan Sephia.

Kedua jika Karin bertahan atau tetap mau menjadi istri Donjuan, maka anak dalam rahim Sephia akan diambil dan diasuh Karin jika sudah lahir.

“Toh, anak itu juga keponakannya sendiri. Sama Donjuan juga satu muhrim,” tandas orangtuanya.

Sedangkan pilihan ketiga, Donjuan yang harus pergi meninggalkan Karin dan memutuskan hubungan dengan keluarga dan calon anak yang dikandung Sephia.

Mendengar ketiga pilihan itu memang cukup berat. Karin pun hanya bisa melongo dan menangis.

Makin tragis, saat Sephia datang dan meminta maaf ke Karin sambil memegang pundaknya.

Sephia pun menangis sejadi-jadinya. Ia meminta maaf karena tak tahu apa yang harus dilakukannya dengan kondisi hamil dari kakak iparnya sendiri.

Karin pun hanya bisa menangis mendengar permintaan maaf sang adik. Dalam hati, ia tidak tega melihat adiknya yang baru mahasiswi semester satu itu terancam kuliahnya karena kini hamil empat bulan dengan suaminya.

Ia makin sakit hati mendengar tiga pilihan yang samasama pahit untuk dipilih, yang ditawarkan orangtuanya.

Tak kuasa dengan semua tekanan yang datang kepada dirinya, Karin pun hanya bisa pamit dan kemudian meninggalkan kedua orangtua, suami, dan adiknya yang menurutnya masih tidak mengerti dengan perasaannya.

Ternyata, dia pamit untuk salat ke musala yang ada di belakang gedung PA. Hampir satu jam menunggu, ayah Karin kemudian menelepon dan mengajaknya untuk berunding di kantin.

Kali ini, Karin pun hadir tapi dengan wajah yang lebih segar. Ia tidak murung lagi meski senyumnya masih terkesan dipaksakan, dan matanya masih tampak sembab.

“Iya, saya terima anaknya diadopsi saja. Tapi syaratnya, Sephia tidak boleh mengakui bayi itu anaknya. Nanti lahir langsung dibuatkan akta atas nama saya dan Mas Juan,” katanya mantap.

Karin mengaku melakukan hal itu karena kasihan dengan adiknya. Tapi di sisi lain, ia juga tidak mau berpisah dengan Donjuan.

“Mas (Juan), awak dewe wes ket SMA pacaran. Soro karo seneng bareng-bareng. Tapi iki sing terakhir, jok diulangi maneh,” ancam Karin kepada Donjuan, yang hanya bisa menatap wajah lembut istrinya itu dengan perasaan bersalah.

(jay/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembantu Nekat, Utang Beli Rumah Atas Nama Majikan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler