jpnn.com - Kehancuran keluarga besar Mira tak hanya saat, Karin, 48, sang ibu jadi gila.
Akan tetapi, utang ayahnya yang hanya guru bertumpuk di bank dan tetangga.
BACA JUGA: Semua Karena Ulah Pembantu Cantik Itu
Yang lebih tragis lagi, setahun lalu sang kakek meninggal karena harus membayar utang sang ayah, Donwori.
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
BACA JUGA: Obsesi Biduanita Sampai Gelap Mata
Donwori, 51, sendiri tak tahu bila ia punya utang sampai ratusan juta rupiah ke bank dan para tetangga.
Yang tahu justru kakeknya yang meninggal karena ditekan pembantunya Sephia, 25, untuk membayar utang.
BACA JUGA: Kesabaran Suami yang Kini Sampai Batasnya
Kabarnya, warisan dan utang terhadap para tetangga itu dibuat untuk membeli rumah di kawasan Menganti.
Rumah itu seharga Rp 280 jutaan pada tahun 2014 lalu. Utang-utang lainnya dibuat untuk foya-foya Sephia.
”Waktu kakek nazak (mau meninggal,Red) cerita kalau Sephia menyuruhnya membayar utang ayahnya tanpa sepengetahun ayah. Kakek akhirnya menjual tanahnya di kampung karena kasihan melihat ayahnya berjuang sendirian,” kata Mira,28.
Akibat menjual tanah tanpa dibagi ke anak lainnya, kakek dan ayahnya dibenci oleh keluarga besarnya.
Sang ayah, Donwori pun tak tahu penyebab keluarganya membencinya, ternyata Sephia-lah yang menjadi biang keladinya.
Awalnya, Donwori stres karena seluruh keponakan yang menyekolahkan dari jenjang SD sampai perguruan tinggi adalah ayahnya.
”Ayah sempat stres. Ayah kan hanya kepala sekolah. Juga nyambi bisnis ini itu untuk menyekolahkan anak-anak dan keponakannya,” kata Mira yang tampak salut dengan perjuangan sang ayah.
Karena terlalu sibuk cari uang dan beribadah, Donwori pun tak mau menumpuk perasaan kesal dalam hatinya. Ia fokus dengan tujuannya menyukseskan anak-anaknya.
”Kalau tidak diusir tuh Sephia, bisa hancur lebur semuanya. Ayahku juga bisa gila kalau tidak kuat dengan cobaan hidup ini,” kata Mira menangis sembari menatap ayahnya yang berjalan menggandeng Karin, sang ibu.
Melihat Mira hadir dalam persidangan, Sephia terlihat kesal. Ia langsung pergi dan meninggalkan Donwori dan keluarganya.
”Apa? Tidak usah ikut-ikut. Nanti aku santet itu Mira dan Pak Wori. Awas,” kata Sephia dengan nada marah.
Donwori terlihat sangat sabar dan kalem. Ia menyatakan, kalau sudah ikhlas dengan cobaan dalam keluarganya.
”Mungkin saya disuruh lebih sabar. Yang penting anak-anak saya berhasil,” kata Donwori lembut.
(*/no/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemuliaan Seorang Ibu, Lindungi Anak Autis dari Suami
Redaktur : Tim Redaksi