jpnn.com - JPNN.com – Rasio kredit bermasalah perbankan syariah menunjukkan tren menurun.
Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat NPF di level 4,3 per September.
BACA JUGA: Nasabah Pegadaian dan BNI Syariah Kian Dimanjakan
Sedangkan rasio kredit bermasalah sepanjang Agustus sebesar 4,94 persen.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah) Imam Teguh Saptono menyebut, kecenderungan NPF menurun biasanya hanya sampai November.
BACA JUGA: Aset Rp 77,4 Triliun, BSM Tak Hanya Kejar Untung
"Di akhir dan awal tahun, saya melihat akan ada kecenderungan naik, ini merupakan imbas dari akun yang terestrukturisasi baru terlihat di Desember," kata Imam.
Imam menambahkan, beberapa sektor akan menjadi penyumbang NPF tertinggi.
BACA JUGA: Pangsa Pasar Besar, Koperasi Syariah Baru 207 Unit
Antara lain pertanian, perkebunan dan kehutanan, pertambangan, industri pengolahan, listrik, air dan gas.
Sebagai informasi, sektor listrik, gas dan air memang menjadi penyumbang NPF tertinggi yaitu sebesar 9,41 persen.
Meski begitu, angka tersebut menurun jika dibanding Agustus 2016 yang sebesar 14,6 persen.
Sektor pertambangan juga berperan menyumbang NPF kepada industri perbankan syariah dengan rasio kredit bermasalah sebesar 8,34 persen per bulan September 2016.
Sementara sektor pertanian menyumbang NPF sebesar 5,06 persen.
Kendati demikian, Imam tetap mematok NPF cukup rendah dibandingkan rata-rata industri sebesar 3,1 persen pada akhir 2016.
Sementara, saat ini NPF BNI Syariah di level tiga persen.
Kendati akan berdampak pada laba, Imam menyebut hal tersebut masih dapat termitigasi. (ers)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dana Pegadaian Syariah Bisa Langsung Ditransfer ke BNI
Redaktur : Tim Redaksi