30 Tahun Berguru di Mekah, Sebarkan Islam di Berau

Selasa, 30 Mei 2017 – 22:19 WIB
PENYEBAR ISLAM: Makam Syekh Muhammad Ali Junaidi Al-Banjari di Jalan Pulau Derawan kerap dikunjungi peziarah, bahkan yang datang dari luar daerah. Foto: Berau Post/JPNN

jpnn.com, BERAU - Makam Syekh Muhammad Ali Junaidi Al-Banjari kerap diziarahi masyarakat lokal maupun luar daerah.

Hal itu tak mengherankan karena Syech Ali Junaidi merupakan salah seorang penyebar agama Islam di Berau, Kalimantan Timur.

BACA JUGA: Memilih Cara Bersedekah, Sembunyi atau Tampak

Semerbak harum bunga begitu terasa saat memasuki bangunan makan Ali Junaidi yang terletak di Jalan Pulau Derawan, Tanjung Redeb, Berau.

Bangunan yang telah direnovasi beberapa tahun silam oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Berau itu menjadi penanda penghormatan atas jasa sang ulama.

BACA JUGA: Mahasiswi Berburu Berkah Ramadan

Ali Junaidi merupakan keturunan keempat dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Syekh Ali kelahiran Martapura, Kalimantan Selatan, tahun 1285 Hijriah atau 1864 Masehi.

BACA JUGA: Ramadan dan Momentum Perubahan

Ali Junaidi menjadi salah seorang penyebar agama Islam di Bumi Batiwakkal, julukan Berau.

Sebelum menjadi guru agama di Berau, Ali Junaidi sempat belajar di Mekah sekitar 30 tahun.

Selama di Mekah, Ali Junaidi belajar kepada beberapa ulama besar di sana. Tak mengherankan, dia mendapatkan banyak ilmu, terutama bidang hukum.

Syekh Ali Junaidi juga sangat menguasai ilmu fikih, tauhid, tasawuf.

Ali Junaidi juga menikah dengan wanita Arab dan memiliki satu orang anak bernama Hasan.

Hasan juga dikenal dengan nama Hasan Jawi dan Hasan Junai Banjar.

Syekh Hasan Junai pernah menjadi muazin di Masjidilharam pada 1947.

“Setelah 30 tahun di Mekah, beliau (Ali Junaidi) pulang ke Banjar, kemudian mengemban misi dakwah ke Sarawak, Malaysia. Beliau pergi ke Sarawak bersama keponakan sepupunya Ismail Khathib,” tutur H Kafrawi yang merupakan cucu Syekh Muhammad Ali Junaidi saat ditemui di kediamannya, Jalan Mawar, Tanjung Redeb, Senin (29/5).

Selama di Sarawak, Ali Junaidi juga menikah dengan seorang perempuan pribumi dan memiliki beberapa keturunan.

Namun, Kafrawi mengaku tidak mengetahui informasi keturunan Syekh Ali Junaidi di Sarawak.

Kafrawi mengatakan, setelah berdakwah di Sarawak, Ali Junaidi kemudian kembali ke Banjar. Dia akhirnya berdakwah ke Berau.

Saat menjadi guru agama di Berau, Ali Junaidi juga menikah dengan perempuan pribumi dan mempunyai beberapa keturunan.

Di antaranya, Muhammad Asy’ Ari, Haji Muhammad Yusuf, Muhammad Ja’far, Husin, Mukhtar, dan Antung Barlian.

Ali Junaidi juga sempat berdakwah ke Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Di Tenggarong, Ali Junaidi menikah dengan Baiyah Binti Ibrahim.

Mereka memiliki dua anak, yakni Abdul Manaf dan Abdul Manan.

Namun, Kafrawi tidak sempat bertemu langsung dengan kakeknya.

Pasalnya, dirinya yang lahir pada 1954 berselisih sebelas tahun saat Syekh Ali Junaidi wafat pada 1943.

Menurut catatan, Syekh Ali Junaidi wafat pada 20 Ramadan 1362 Hijriah.

“Cerita bagaimana beliau berdakwah di Berau tidak terlalu jelas karena memang selisih kami sangat jauh. Namun, untuk silsilah keturunan beliau ada catatannya. Selain itu, juga ada catatan yang beliau tulis sendiri dengan tangannya,” jelasnya. (rusdiyono)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Make Up Simple saat Ramadan yang Membuat Wajah Terlihat Fresh


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler