30 Tahun Honorer K2 Digaji Rp 150 Ribu tanpa TPG

Sabtu, 08 September 2018 – 10:37 WIB
Sejumlah honorer K2 hadir dan menyaksikan rapat gabungan tujuh komisi di DPR. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah diminta membuka mata terhadap pengabdian honorer K2 (kategori dua). Selama bertahun-tahun honorer K2 merasa ditindas dan diperbudak oleh pemerintah.

Honorer K2 juga merasa dimanfaatkan pemerintah selama puluhan tahun. Tenaga mereka diperas dengan bayaran yang sangat minim.

BACA JUGA: Kecewa Berat, Honorer K2 Rapatkan Barisan

"Saya bicara apa adanya, ini riil di lapangan kalau pemerintah selalu mengadang honorer K2 dengan aturan yang dibuat-buat," ujar Ketum Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) Titi Purwaningsih kepada JPNN, Sabtu (8/9).

Dia menyebutkan, banyak anggota FHK2I yang bekerja hingga 30 tahun tapi kesejahteraannya di bawah standar kelayakan hidup.

BACA JUGA: Mayoritas Guru Honorer K2 Sedih, Pilu

Tunjangan profesi guru (TPG) yang harus diicip oleh semua tenaga pendidik termasuk honorer nyatanya tidak bisa dirasakan.

Ini lantaran aturan sertifikasi guru yang tidak bisa dipenuhi honorer.

BACA JUGA: Honorer K2 Merasa Disingkirkan secara Massal, Pedih

"Itu yang bikin aturan kan Mendikbud. Dulu kami pernah merasakan tunjangan hanya satu sampai dua tahun. Begitu aturan sertifikasi itu dibuat, kami tidak bisa merasakan TPG lagi. Bahkan ada yang 30 tahun jadi guru dan muridnya sudah jadi PNS, belum pernah merasakan TPG," terangnya.

Kondisi ini berbeda dengan guru honorer swasta yang bisa mendapatkan sertifikasi hanya dengan rekomendasi ketua yayasan.

Sedangkan guru honorer di sekolah negeri harus mengantongi rekomendasi bupati/walikota.

"Ini kebijakan yang tidak berkeadilan. Untuk lainnya bisa, kenapa honorer K2 enggak. Honorer K2 digenjet terus sampai gepeng, lama-lama yang kami tidak kuatlah," ketusnya.

Titi yang menjadi wali kelas VI SD selama 14 tahun ini mengaku hanya mendapatkan gaji Rp 450 ribu per triwulan.

Baru setahun ini gajinya naiknya menjadi Rp 825 ribu per bulan tapi dibayar setiap tiga bulan.

Sementara pengeluarannya per bulan Rp 1,4 juta. Beruntung Titi punya suami yang pekerjaannya mapan.

"Kalau saya kan tanggungan suami. Yang guru honorer laki-laki kan kasihan. Makanya mereka sepulang mengajar ada yang jadi salesman, tukang batu, tukang ojek, dan lainnya. Kami masih bertahan karena janji-janji diangkat PNS, kalau enggak gitu, kami sudah berhenti," tandasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Harus Tahu, Namanya Honorer K2 ya Pasti Tua


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler