36 Orang di Sumsel Meninggal Akibat DBD, Waspada!

Selasa, 19 November 2024 – 16:00 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel dr Trisnawarman saat diwawancarai di ruangannya, Selasa (19/11/2024). Foto: Cuci Hati/JPNN.com.

jpnn.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami peningkatan.

Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumsel, pada Januari hingga Oktober 2024 terdapat 36 kasus.

BACA JUGA: Bocah di Palembang Terseret Banjir dan Tenggelam, Begini Kejadiannya

"Trend peningkatan itu terjadi dari Januari hingga Oktober, ada 36 orang yang meninggal," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sumsel dr Trisnawarman saat diwawancarai di ruangannya, Selasa (19/11/2024).

Menurut Tris, angka tertinggi terjadi di Palembang, yakni 14 kasus.

BACA JUGA: Bentrok Ormas di Pekanbaru, 8 Pelaku Ditangkap Polisi

"Untuk kasus tertinggi itu terjadi di Palembang, ada 14 orang yang meninggal karena DBD, kemudian Musi Banyuasin (Muba) serta Banyuasin, " kata Tris.

Tris menyebut, penyebab kematian tinggi, adanya komplikasi serta terlambat dibawa ke rumah sakit.

BACA JUGA: Polisi Gerebek Kampung Narkoba di Banyuasin, 8 Orang Ditangkap

"Karena kebanyakan pasien ini tidak mengetahui ciri-ciri DBD, diduga batuk pilek biasa demam, trombositnya turun, begitu dibawa ke rumah sakit tidak tertolong lagi itu yang menyebabkan pasien meninggal," sebut Tris.

Dia menyebut penyakit DBD bisa menyasar semua kelompok usia, dari anak-anak hingga dewasa.

"Akan tetapi yang paling banyak anak-anak di bawah 15 tahun," kata Tris.

Adapun ciri-ciri penyakit DBD itu ditandai demam tinggi yang tidak turun lebih dari 5 hari, kemudian mual, tidak mau makan.

"Diselingi dengan batuk pilek juga biasanya, kalau sudah seperti ini pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dari tim medis," tutur Tris.

Kemudian jika sudah terjadi penurunan trombosit akan timbul bintik-bintik merah.

"Bintik itu bila ditekan tidak akan hilang, kalau campak dia hilang kalau DBD ini tidak," terang Tris.

Tris mengungkap bahwa masuk musim penghujan seperti saat ini, tempat-tempat berkembang biak jentik nyamuk akan makin banyak.

"Banyak genangan air sehingga nyamuk akan bertambah banyak tempat hidupnya," ungkap Tris.

Terutama pada Januari 2025 lanjut Tris, trend kasus DBD diprediksi akan makin meningkat. Oleh karena itu, pihaknya mengimbau masyarakat menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah perkembangbiakan nyamuk.

Masyarakat diimbau untuk melakukan 3M, yakni mengubur, membuang, dan juga menutup benda yang sapat penampungan air, membersihkan tempat - tempat yang menjadi sarang-sarang nyamuk.

"Serta melakukan pembersihan lingkungan 2 atau 3 kali seminggu, terutama di rumah sendiri untuk menerapkan hidup bersih dan sehat ," pesan Tris.

Tak hanya itu, pihaknya juga meminta masyarakat untuk pengaktifan jumantik, yakni juru jentik nyamuk, baik di masyarakat maupun di sekolah.

"Juru jumantik ini untuk melihat jentik nyamuk tadi, kalau ada genangan dikasi obat sehingga nyamuk/jentik itu akan mati, kemudian diberikan larvasida (abate). Larvasida ini ditabur di tempat-tempat, kolam atau bak mandi," ujarnya.

Selain itu, Tris juga meminta masyarakat untuk memasukan ikan tempalo di tempat-tempat yang terjadi genangan.

"Karena ikan tempalo ini senang dengan jentik-jentik nyamuk itu makanan dia, di mana ada genangan air dikasi ikan tempalo itu akan membunuh secara biologi, lakukan juga foging untuk membunuh nyamuk dewasa," beberapa Tris.

Selain itu, Dinkes Sumsel juga sudah memberikan surat edaran ke kabupaten kota untuk mengantisipasi DBD.(mcr35/jpnn)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Cuci Hati

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler