jpnn.com, BEIJING - Pemerintah Tiongkok mendesak Inggris menjatuhkan hukuman berat kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas 39 imigran yang ditemukan tewas dalam kontainer truk di Essex beberapa hari lalu. Seperti diketahui, 31 pria dan 8 perempuan yang tewas mengenaskan itu diduga kuat adalah warga negara Tiongkok.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying mengatakan, polisi Inggris masih melakukan verifikasi sehingga belum bisa memastikan identitas para korban.
BACA JUGA: 39 Imigran Tiongkok Ditemukan Tewas Mengenaskan di Dalam Kontainer Truk
"Kami berharap Inggris dapat secepatnya mengonfirmasi dan memferivikasi identitas para korban, mengungkap apa yang terjadi dan menghukum dengan tegas para kriminal yang terlibat," ujar dia dalam konferensi pers di Beijing, Jumat (25/10).
Lebih lanjut Hua mengatakan, terlepas dari asal usul para korban, kasus ini tetaplah tragedi yang sangat disesalkan. Tiongkok menyerukan komunitas internasional memperkuat kerja sama dalam memerangi imigrasi ilegal, agar hal serupa tidak pernah terjadi lagi.
BACA JUGA: Jurus Terbaru Donald Trump untuk Mengusir Imigran Miskin
Sementara Beijing memilih bersikap diplomatis, salah satu media arus utama Tiongkok, Global Times, secara gamblang menyalahkan Inggris dan Uni Eropa atas tragedi ini.
Dalam editorialnya, Jumat (25/10), tabloid yang diterbitkan perusahaan milik Partai Komunis Tiongkok tersebut menyebut Inggris dan Uni Eropa gagal memenuhi tanggung jawabnya dalam melindungi para imigran.
BACA JUGA: Spanyol Selamatkan 100 Imigran Afrika yang Terlantar di Mediterania
Global Times juga mengingatkan tentang tragedi Dover, di mana 58 imigran gelap asal Tiongkok ditemukan tewas dalam kontainer. Media tersebut menilai Inggris tidak belajar sama sekali dari tragedi 20 tahun lalu itu.
Global Times pun menyindir negara-negara Eropa yang selalu menyoroti pelanggaran HAM negara lain, tetapi tidak menerapkannya di dalam negeri sendiri. "Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya negara-negara Eropa jika puluhan warga mereka tewas secara tragis," tulis tabloid tersebut. (reuters/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil