4 Fakta Penting Kinerja APBN hingga Oktober 2024, Penerimaan Bea Cukai Capai Rp 231,7 T

Rabu, 13 November 2024 – 17:22 WIB
Pertumbuhan positif dalam penerimaan kepabeanan dan cukai serta kinerja fasilitasi dan pengawasan Bea Cukai mencerminkan kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Foto: Ilustrasi/Dokumentasi Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggelar konferensi pers APBN Kita Edisi November 2024 pada Jumat (8/11).

Terungkap empat fakta penting dari kinerja APBN hingga Oktober 2024:

BACA JUGA: Bea Cukai Beri Fasilitas Impor Sementara untuk Peserta Mandiri Bintan Marathon 2024

1. Kinerja APBN Terjaga Baik dan Tetap On-Track

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kinerja APBN hingga Oktober 2024 masih terjaga baik dan tetap on-track.

Postur APBN hingga 2024 mencatatkan penerimaan negara senilai Rp 2.247,5 triliun atau tercapai 80,2 persen dari target.

BACA JUGA: Edukasi Mahasiswa di Jateng dan DIY tentang Kepabeanan, Begini Harapan Bea Cukai

Angka ini naik 0,3 persen dibanding tahun sebelumnya (yoy).

Kemudian, belanja negara senilai Rp 2.556,7 triliun atau tercapai 76,9 persen dari pagu dengan kenaikan 14,1 persen yoy.

BACA JUGA: Lewat Operasi Gempur II 2024, Bea Cukai Ternate Tegas Berantas Rokok Tanpa Pita Cukai

Adapun nilai defisit APBN senilai Rp 309,2 triliun (-1,37 persen produk domestik bruto) dan keseimbangan primer surplus sebesar Rp 97,1 triliun.

2. Ekonomi Indonesia Relatif Baik

Meski dari sisi lingkungan global, hasil pemilihan umum Presiden AS diprediksi memberikan dampak terhadap perekonomian global dan sentimen pasar, salah satunya ialah menguatnya indeks dolar AS.

Namun, Menkeu Sri Mulyani mengatakan ekonomi Indonesia, seperti mayoritas negara kawasan ASEAN masih relatif baik.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q3 2024 mencapai 4,95 persen yoy (5,03 persen ctc), masih didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat, seperti konsumsi rumah tangga tumbuh 4,91 persen yoy, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 5,15% yoy, dan ekspor tumbuh 9,09 persen yoy.

Dari sisi produksi, penguatan permintaan domestik dan industri hilirisasi menopang pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 4,72 persen yoy.

Sektor konstruksi ikut meningkat di 7,48 persen yoy seiring dengan pembangunan infrastruktur.

Indikator inflasi Indonesia pun terjaga rendah di 1,7 persen yoy.

3. Kinerja Penerimaan Bea Cukai Tumbuh Positif

Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Budi Prasetiyo menyebutkan salah satu komponen penerimaan dalam APBN, yaitu penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh positif.

Kinerja penerimaan Bea Cukai hingga Q3 2024 mencapai Rp 231,7 triliun atau 4,9 persen (yoy) didorong oleh pertumbuhan seluruh jenis penerimaan.

Bea Cukai mencatatkan penerimaan bea masuk sebesar Rp 43,2 triliun atau mencapai 75,2 persen target dan tumbuh 4,2 persen (yoy).

Hal ini didorong penguatan nilai tukar USD terhadap rupiah dan pertumbuhan nilai impor sebesar 5,5 persen (yoy).

Selain itu, bea keluar tercatat sebesar Rp 14,2 triliun atau mencapai 80,9 persen dari target dan tumbuh 46,8 persen (yoy).

Pertumbuhan ini dipengaruhi faktor kebijakan relaksasi ekspor komoditas tembaga.

Terakhir, dari sektor cukai instansi ini mencatatkan penerimaan sebesar Rp 174,4 triliun atau mencapai 70,9 persen target dan tumbuh 2,7 persen (yoy).

Pertumbuhan ini disebabkan kenaikan produksi hasil tembakau/rokok golongan II dan III, kenaikan tarif minuman mengandung etil alkohol (MMEA), dan kenaikan produksi etil alkohol.

Budi berharap dapat menjaga tren positif ini berlanjut dan memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan dan perekonomian negara.

"Ke depannya, Bea Cukai akan tetap berkomitmen mendukung APBN melalui penerimaan kepabeanan dan cukai yang sehat dan berkelanjutan," ujar Budi.

4. Kinerja Fasilitas dan Pengawasan Bea Cukai Terus Meningkat

Selain kinerja penerimaan, kinerja fasilitasi dan pengawasan Bea Cukai sampai dengan Q3 2024 juga menunjukan peningkatan.

Untuk kinerja pengawasan, Bea Cukai telah menindak 38.141 kasus dengan perkiraan nilai barang hasil penindakan mencapai Rp 6,11 triliun.

Komoditas penindakan teratas adalah hasil tembakau (53,83 persen), disusul tekstil dan produk tekstil (9,64 persen), serta minuman mengandung etil alkohol (MMEA) (9,62 persen).

Adapun untuk pengawasan terhadap penyelundupan narkotika, psikotropika, dan prekursor (NPP), hingga akhir Oktober 2024 Bea Cukai telah menindak 1.017 kasus narkoba dan mengamankan 6,37 ton narkoba berbagai jenis.

Untuk kinerja fasilitasi, Bea Cukai telah memberikan insentif kepabeanan sebesar Rp 30,7 triliun atau tumbuh 19,1 persen (yoy) yang dipengaruhi pertumbuhan insentif untuk fasilitas bea masuk kawasan berikat, penanaman modal, serta keperluan pertahanan dan keamanan.

Kontribusi ekspor kawasan berikat dan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) mencapai USD 77,7 miliar atau tumbuh 2,5 persen (yoy) atau berkontribusi 38,2 persen terhadap ekspor nasional.

Terakhir, Bea Cukai mencatat serapan tenaga kerja mencapai 2,01 juta atau tumbuh 8,7 persen (yoy).

Disebutkan Budi, pertumbuhan positif dalam penerimaan kepabeanan dan cukai serta kinerja fasilitasi dan pengawasan Bea Cukai mencerminkan kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.

"Ini adalah hasil kerja sama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam memastikan bahwa penerimaan negara dari sektor kepabeanan dan cukai dapat terus meningkat," ungkap Budi.

Selain itu, kata Budi, Bea Cukai juga terus berupaya memberikan kemudahan bagi pelaku usaha yang patuh dan menghadirkan efisiensi di bidang pengawasan, termasuk menjalankan semangat community protector, yakni melindungi masyarakat.

"Kami berterima kasih untuk para pengguna jasa dan masyarakat yang telah berkontribusi dan mendukung kinerja APBN dan Bea Cukai," ucap Budi. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler