jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat dunia, termasuk Indonesia, hingga saat ini masih menunggu kapan vaksin COVID-19 ditemukan dan diproduksi secara massal.
Berikut ini sejumlah kabar baik seputar upaya penemuan vaksin COVID-19.
BACA JUGA: Selamat Pagi, Warga Jatim, Ini Kabar Baik dari Bu Khofifah
Pertama, Ketua Komite Kebijakan Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir mengingatkan vaksin COVID-19 sebagai hasil kerja sama PT Bio Farma (Persero) dengan perusahaan farmasi Sinovac, China, kemungkinan baru beredar awal 2021.
Erick juga memastikan bahwa BUMN farmasi, Bio Farma akan turut terlibat dalam uji klinis dan produksi vaksin tersebut.
BACA JUGA: Serangan COVID-19 di Brasil Makin Brutal, Jumlah Kematian Mengerikan
Bio Farma juga akan memproduksi obat untuk terapi kesembuhan pasien COVID-19.
"Vaksin ini kita (Komite Kebijakan Penangnan COVID-19, red) pastikan akan ada tetapi saya mohon masyarakat juga berdisiplin (menerapkan protokol kesehatan), supaya tadi kita bisa terus mengantisipasi. Bio Farma juga akan memastikan memproduksi obat untuk terapi kesembuhan," ujar dia.
BACA JUGA: 8 Fakta Penyelidikan Kasus Pembunuhan Editor Metro TV, Poin 7 Bikin Penasaran
Indonesia akan menguji klinis calon vaksin COVID-19 hasil kerja sama dengan perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac Biotech Ltd. Calon vaksin tersebut telah tiba dari China pada Minggu (19/7/2020).
Calon vaksin untuk penyakit menular yang telah menimbulkan pandemi global itu telah diserahkan ke Bio Farma.
Uji klinis tahap III untuk kandidat vaksin itu akan dilakukan di Bandung, Jawa Barat, dan direncanakan selesai pada Januari 2021.
Bio Farma akan bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Universitas Padjajaran, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Menurut rencana, pengujian klinis tahap III ini akan melibatkan 1.620 sampel.
Kedua, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan vaksin COVID-19 diharapkan sudah bisa diproduksi pada 2021.
"Saat ini sedang dilakukan uji klinis fase tiga dengan harapan bisa selesai akhir tahun 2020 ini," katanya dalam jumpa pers Satuan Tugas Penanganan COVID-19 yang diikuti melalui akun Youtube Sekretariat Presiden di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan hal itu merupakan kabar baik dalam pengembangan vaksin COVID-19 yang merupakan kerja sama antara PT Biofarma dengan Sinovac China.
Menurut dia cukup banyak vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan di seluruh dunia. Saat ini terdapat 240 kandidat vaksin, salah satunya yang sedang dikembangkan di Indonesia tersebut.
"Vaksin tersebut sedang diuji klinis kerja sama antara Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan PT Biofarma yang keduanya berada di Bandung," katanya.
Ketiga, BUMN farmasi PT Bio Farma mengaku siap memproduksi vaksin COVID-19 hingga 100 juta dosis per tahun.
"Kami dari Bio Farma mendapat tugas untuk memastikan kapasitas produksi vaksin ini bisa dikelola dengan baik, sampai saat ini kami sudah menyiapkan 100 juta dosis per tahun," kata Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Vaksin COVID-19 buatan Sinovac, China, sudah tiba di Indonesia pada Minggu (19/7).
Di Indonesia, Bio Farma rencananya akan memproduksi dan mendistribusikan vaksin tersebut bila uji klinis berhasil.
"Kita (Bio Frama) akan expand menuju 250 juta dosis per tahun tapi untuk tahap pertama sesuai target penyelesaian uji klinis Januari 2021, pada saat selesai uji klinis dan izin edarnya keluar, kami sudah menargetkan untuk bisa selesai sekitar 40 juta dosis per tahun," tambah Honesti.
Saat ini, vaksin dari Sinovac tersebut menurut Honesti berada di Biofarma dan masih disimpan sesuai dengan ketentuan-ketentuan penyimpanan vaksin internasional.
"Saatnya nanti uji klinis sudah dimulai saya akan berikan ke tim uji klinis untuk segera diberikan vaksinasi ke sampel sejumlah 1.620 orang," ungkap Honesti.
Koordinator Uji Klinis Vaksin COVID-19 Kusnandi Rusmil yang juga dosen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran mengatakan akan ada 1.620 orang relawan yang akan ikut uji klinis tahap ketiga tersebut.
"Selanjutnya akan dilakukan tindakan-tindakan penyuntikan yang akan dilakukan oleh departemen kesehatan. Saya harus melakukan pengujian vaksin betul-betul efektif dan aman dan dalam perhitungan statistik saya akan mengumpulkan kurang lebih 1.620 orang," tambah Kusnandi.
Menurut dia, 1.620 orang itu berusia 18-59 tahun dan harus sehat.
Keempat, University of Oxford di Inggris menyampaikan kemungkinan vaksin COVID-19 dapat digunakan pada akhir 2020.
Namun, kepala peneliti yang mengembangkan antivirus tersebut, Selasa, belum memastikan soal target waktu tersebut.
Calon vaksin COVID-19 yang hak patennya diberikan kepada AstraZeneca itu berhasil menciptakan respon imun atau kekebalan pada uji coba klinis awal, sebagaimana ditunjukkan dalam hasil penelitian pada Senin (20/7).
Hasil positif itu membuat pihak Oxford berharap calon vaksin tersebut sudah dapat digunakan pada akhir tahun ini.
"Target bahwa vaksin ini dapat dikeluarkan pada akhir tahun, merupakan salah satu kemungkinan, tetapi tentunya belum ada kepastian soal itu, karena ada tiga hal yang masih perlu dipenuhi," kata Sarah Gilbert, ketua pengembang vaksin dari Oxford University saat diwawancarai BBC Radio.
Sejumlah ilmuwan Oxford berharap satu juta dosis vaksin sudah dapat diproduksi pada September 2020.
Uji klinis vaksin yang dikembangkan Oxford University saat ini berlangsung di Brazil dan Afrika Selatan. Amerika Serikat juga mulai berpartisipasi dalam uji coba tersebut. (Reuters/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo