jpnn.com, DEIYAI - Empat warga sipil terkena peluru dari tembakan peringatan polisi di Kampung Bomou, Distrik Tigi Kabupaten Deiyai, Papua, Selasa (1/8) kemarin.
Polisi mengklaim tembakan peringatan ini terpaksa dilakukan aparat Polsek Tigi dan anggota Brimob Polsek Tigi. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal ketika dikonfirmasi Cenderawasih Pos tadi malam membenarkan kejadian tersebut.
BACA JUGA: Siti Mariam, Pendaki Asal Jakarta Hilang di Rinjani
“Tak ada unsur kesengajaan dalam penembakan tersebut, tembakan pun bukan ditujukan kepada masyarakat yang bertikai saat itu. Melainkan tembakan peringatan yang ditembakan ke tanah untuk meredam konflik, namun tembakan tersebut mengalami pantulan sehingga mengenai empat korban tersebut,” ucap Kamal kepada Cenderawasih Pos.
Dia mengatakan, empat korban dari pantulan senjata tersebut saat ini sedang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deiyai. Kamal mengimbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan kasus yang terjadi saat ini.
BACA JUGA: Pengakuan Kakek Tiga Cucu: Terpaksa, Pak
“Untuk menenangkan kondisi masyarakat di Kampung Bomou, Distrik Tigi, besok (hari ini) Selasa (2/8) Bupati Deiyai, tokoh masyarakat, kapolres akan melakukan pertemuan untuk membahas persoalan ini,” ucapnya.
Menurut Kamal, kronologis kejadian tertembaknya empat warga sipil tersebut berawal dari seorang guru datang ke Kamp PT. Putra Dewa Paniai (PDP) yang tengah mengerjakan proyek pembangunan Jembatan Oneibo di Kampung Bomou. Guru tersebut meminta tolong kepada Kepala Tukang Yohanis Randa untuk mengantarkan orang sakit.
BACA JUGA: Kisah Desi Punya Suami Berondong, Emosi Hilang Tiap Diajak Begituan
Tetapi si kepala tukang tidak berani mengantar orang sakit tersebut, karena kondisinya sudah sekarat. Tukang berpikiran jangan sampai yang bersangkutan meninggal di perjalanan, lalu kemudian masyarakat menuntut dirinya.
Karena tidak mau menolong, lantas guru tersebut pergi. Namun berselang 15 menit kemudian, lanjut Kamal, datang seorang pemuda yang menyuruh Kepala Tukang untuk menghentikan pekerjaan mereka, karena orang yang sekarat tadi tak tertolong dan akhirnya meninggal dunia.
“Secara spontan masyarakat langsung menyerang kamp PT. Putra Dewa Paniai dan melakukan pemukulan terhadap karyawannya,” terang Kamal.
Atas penyerangan tersebut Site Manager PT. Putra Dewa Paniai, Aldi melapor ke anggota Brimob BKO Polsek Tigi. Karena merasa kekurangan personel, Danton Brimob BKO Polsek Tigi Iptu Aslam Djafar datang melapor ke Polsek Tigi terkait penyerangan kamp yang berlokasi di proyek jembatan Oneibo tersebut.
Tak lama kemudian, kata Kamal, aparat gabungan Polsek Tigi sebanyak delapan orang dan anggota Brimob BKO Polsek Tigi yang berjumlah sembilan orang dipimpin Kapolsek Tigi Iptu H. M. Raini dan Danton Brimob Iptu Aslam Djafar bersama karyawan PT Putra Dewa Paniai tiba di TKP.
“Anggota saat itu berupaya untuk melakukan negosiasi dengan masyarakat, tetapi masyarakat langsung melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan dengan menggunakan batu dan panah. Sehingga aparat keamanan mengeluarkan tembakan peringatan, tetapi masyarakat tambah membabi-buta dan melakukan penyerangan kepada anggota,” katanya.
Dari tembakan peringatan yang diarahkan ke tanah tersebut, ternyata ada proyektil peluru yang memantul dan mengenai sejumlah warga sipil. Akibat kejadian tersebut, kata Kamal, mobil patroli Polsek pecah kaca belakang dan empat warga masyarakat yang terkena peluru karet masih di rawat di RSUD Deiyai. (fia/tri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Aktivitas Mencurigakan di Rumah, Ternyata 4 Bocah Pesta Terlarang
Redaktur & Reporter : Adek