5 Alasan Pasangan yang Telah Menikah Tidak Merasa Bahagia Setelah Memiliki Anak

Selasa, 25 Juli 2023 – 02:01 WIB
Ilustrasi pasangan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - BENARKAH pasangan yang telah menikah kurang bahagia setelah mereka memiliki anak?

Penelitian tentang kepuasan pernikahan menunjukkan bahwa memiliki anak mengurangi kebahagiaan di antara pasangan.

BACA JUGA: Minta Sule Stop Beri Nafkah Anak, Nathalie Holscher: Dia Diam Saja

Studi menunjukkan bahwa selama tahun pertama melahirkan, orang tua baru sering mengalami pikiran yang tidak menyenangkan tentang pasangannya.

Selain karena kelelahan dan kurang tidur, mengapa hal ini bisa terjadi?

BACA JUGA: 5 Tanda Hubungan Pasangan Masih dalam Fase Bulan Madu yang Indah

Berikut ini penjelasannya, seperti dikutip laman Pulse.ng.

1. Wanita menanggung beban rumah tangga dan pengasuhan anak

Penelitian telah menunjukkan bahwa ibu memberikan lebih banyak pengasuhan anak daripada ayah, terlepas dari apakah mereka adalah ibu yang bekerja atau tidak.

BACA JUGA: 5 Alasan Pasangan Harus Menyelesaikan Masalah Mereka Sebelum Tidur

Ibu cenderung menghadapi tingkat ketidakpuasan perkawinan yang lebih tinggi setelah memiliki anak karena tanggung jawab tambahan seperti mengasuh anak, bekerja dan melakukan pekerjaan rumah tangga.

Hal ini membuat mereka menganggap pernikahan mereka sepihak dan tidak adil.

2. Kurangnya begituan

Alasan lain ketidakpuasan pernikahan mungkin karena kurangnya begituan dan keintiman.

Setelah melahirkan, kehidupan seksual pasangan suami istri biasanya mencapai puncaknya.

Meskipun wanita bisa berhubungan ranjang enam minggu setelah melahirkan, mereka mungkin belum siap untuk begituan penetrasi hingga satu tahun.

Butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan tubuh, rutinitas, dan bayi baru.

Wanita yang baru melahirkan dan masih menyusui membutuhkan waktu untuk sembuh.

Mereka juga mengalami kekeringan daerah kewanitaan karena kadar estrogen yang rendah.

3. Ibu yang suka mengatur

Beberapa ibu mengatur interaksi pasangannya dengan anak-anak mereka karena mereka percaya bahwa mereka adalah orang tua yang lebih baik.

Hal ini bisa menimbulkan kebencian pada suami mereka. Praktik ini dikenal sebagai "penjaga gerbang ibu" oleh sosiolog.

Agar tanggung jawab mengasuh anak terdistribusi secara merata, ibu perlu mengizinkan ayah untuk menangani tugas dengan cara mereka sendiri, meskipun pendekatannya berbeda, selama keselamatan anak tidak dikompromikan.

4. Bagilah tanggung jawab

Tanggung jawab orang tua dan pengasuhan anak harus dibagi dengan cara yang tampak adil, tidak sama.

Misalnya, jika satu pasangan bekerja lebih lama dari yang lain, kemungkinan besar mereka akan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan rumah dan anak-anak.

Namun, lebih penting daripada pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab orang tua untuk dibagi antara keduanya, tidak peduli siapa yang bekerja lebih banyak.

Misalnya, orang yang memandikan bayi tidak boleh sama dengan orang yang membuatkan sarapan.

5. Utamakan keintiman dan bukan begituan

Meskipun begituan penetrasi itu penting, ada banyak cara lain untuk berhubungan intim dengan pasangan Anda jika dia belum siap untuk berhubungan seks setelah melahirkan.

Mencium, berpelukan, berpegangan tangan, menyentuh, membelai, dan menghisap adalah cara untuk membangun keintiman.

Apa zona sensitif seksual atau kebutuhan seksual pasangan Anda?

Plus, apakah Anda mendengarkan kebutuhan non-seksual pasangan Anda?

Lakukan apa pun untuk menjaga gairah seksual tetap membara.(fny/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler