jpnn.com, JAKARTA - Publik geger lantaran Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memiliki bisnis dibidang penyediaan alat tes PCR.
Bagaimana fakta sesungguhnya?
BACA JUGA: Siap Bongkar Nama Mafia PCR, JoMan: Menteri Terlibat Harus Mundur
1. Bantuan perusahaan lewat Toba Bumi Energi
Luhut Binsar melalui juru bicaranya Jodi Mahardi menegaskan tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia.
Jodi Mahardi menerangkan partisipasi Luhut Binsar melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekannya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain untuk membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar.
BACA JUGA: Harga Tes PCR Mencekik, Pandemi Covid-19 Jadi Lahan Bisnis?
Bantuan melalui perusahaan tersebut merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan sejak awal.
“Kenapa bukan menggunakan nama yayasan? Karena memang bantuan yang tersedia adanya dari perusahaan. Dan memang tidak ada yang kita sembunyikan di situ,” kata Jodi Mahardi dalam keterangan yang diterima, di Jakarta, Rabu (3/11).
BACA JUGA: Kabar Baik dari Pak Jokowi soal Alat Tes PCR
2. Indonesia pada awalnya kesulitan alat tes PCR
Menurut dia, pada masa-masa awal pandemi tahun lalu, Indonesia masih terkendala dalam hal penyediaan tes Covid-19, termasuk alat tes PCR. GSI tidak bertujuan mencari profit bagi para pemegang saham.
"Sesuai namanya, Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial, sehingga tidak sepenuhnya bisa diberikan secara gratis," beber Jodi.
Jodi menegaskan hingga saat ini idak ada pembagian keuntungan baik dalam bentuk dividen maupun dalam bentuk lain kepada pemegang sahamnya.
3. Untung GSI untuk amal
Keuntungan GSI justru banyak digunakan untuk memberikan tes swab gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan petugas kesehatan di garda terdepan, termasuk di Wisma Atlet.
"Menko Luhut selama ini juga selalu mendorong agar harga tes PCR bisa diturunkan sehingga menjadi semakin terjangkau untuk masyarakat," kata dia.
Jodi lebih lanjut mengatakan ketika kasus menurun, Luhut juga menjadi pihak yang mendorong penggunaan tes antigen.
4. PT GSI tak punya kerja sama dengan BUMN
GSI juga tidak pernah kerja sama dengan BUMN maupun mendapatkan dana dari pemerintah. Justru PT. GSI berinisiatif melakukan genome sequencing secara gratis utk membantu Kementerian Kesehatan.
“Partisipasi dari pak Luhut di GSI ini adalah bagian dari upaya yang bisa dilakukan untuk membantu penanganan pandemi pada masa-masa awal dulu, selain juga berbagai donasi pemberian alat-alat tes PCR dan reagen yang diberikan kepada fakultas kedokteran di beberapa kampus,” lanjut Jodi.
Jodi menambahkan, Menko Luhut selama ini memang kerap memberikan bantuan untuk berbagai kepentingan pengembangan Sumber Daya Manusia serta Research and Development di berbagai bidang.
"Untuk Nusantic, salah satu startup di bidang bioscience, untuk mengembangkan reagen PCR buatan anak bangsa yang saat ini telah mulai diproduksi oleh Biofarma," kata dia.
5. Luhut berdonasi untuk sumbangan alat tes PCR
Menko Luhut dan rekan-rekan lainnya juga mengumpulkan donasi untuk kemudian menyumbangkan fasilitas tes PCR kepada setidaknya tujuh fakultas kedokteran di Indonesia, terdiri dari fakultas kedokteran UI, Unpad, Undip, UGM, Unair, Udayana, dan USU. Nilai donasi ini mencapai lebih dari Rp60 miliar.
Menurut dia Luhut Binsar enggak membuka hal-hal yang dianggap bersifat sumbangan, seperti soal sumbangan.
"Tetapi, silahkan saja dicek. Ini terpaksa kami buka supaya bisa menjadi pelajaran, karena kita tidak ingin ke depan ketika ada orang-orang di negeri ini yang berniat tulus untuk membantu jadi berpikir dua kali karena takut mendapat tuduhan macam-macam seperti ini,” ujar Jodi. (mcr10/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Elvi Robia