jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY menyebut ada gerakan politik yang mengarah pada upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa.
AHY mengungkap hal tersebut di Taman Politik DPP Demokrat, Senin (1/2) kemarin.
BACA JUGA: AHY Gulirkan Isu Kudeta, Moeldoko Mengaku Prihatin dengan Kondisi Demokrat
Pernyataan AHY membuat dinamika politik nasional heboh. Kata kudeta atau mengudeta kepemimpinan Demokrat langsung ramai.
"Menurut kesaksian dan testimoni banyak pihak yang kami dapatkan, gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo," kata AHY.
BACA JUGA: Panas! Moeldoko Beri Peringatan Kepada AHY: Ini Urusan Saya, Bukan KSP
Suami dari Annisa Pohan itu mengatakan, gerakan tersebut sudah mendapat dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting di pemerintahan Presiden Joko Widodo.
AHY tak menyebut nama dari sejumlah menteri dan pejabat penting yang dia maksud.
BACA JUGA: Andi Arief Sebut Nama Tokoh yang Mau Mengudeta AHY, Ternyata..
Namun, kakak Mas Ibas itu hanya memberikan petunjuk.
"Gabungan dari pelaku gerakan ini ada lima orang terdiri dari satu kader Demokrat aktif, satu kader yang sudah enam tahun tidak aktif, satu mantan kader yang sudah sembilan tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan satu mantan kader yang telah keluar dari partai tiga tahun yang lalu," kata AHY.
"Sedangkan yang nonkader partai adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan, yang sekali lagi, sedang kami minta konfirmasi dan klarifikasi kepada Presiden Joko Widodo," imbuhnya.
Dari pernyataan AHY dan juga respons dunia politik terkait itu, JPNN merangkum sejumlah hal, seperti di bawah ini.
1. AHY memperoleh informasi gerakan politik yang menggoyang kursinya tersebut dari laporan para pimpinan dan kader Demokrat yang merasa tidak nyaman dan bahkan menolak ketika dihubungi dan diajak untuk melakukan penggantian Ketum Partai Demokrat.
2. AHY telah mengirimkan surat secara resmi kepada Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi terkait kebenaran berita yang AHY terima.
3. Moeldoko, kepala staf presiden, disebut-sebut terkait dengan gerakan politik ini. Dua politikus Demokrat, Andi Arief dan Rachlan Nashidik pada akun Twitter mereka, menyinggung nama Moeldoko.
4. Satu hari sebelum AHY mengeluarkan pernyataan, mantan Ketum Partai Demokrat, ayah AHY, Susilo Bambang Yudhoyono bermain kata-kata di @SBYudhoyono.
"Bagi siapa pun yang memegang kekuasaan politik, pada tingkat apa pun, banyak cara berpolitik yang lebih bermoral & lebih beradab. Ada 3 golongan manusia, yaitu 'the good', 'the bad' & 'the ugly'. Kalau tidak bisa menjadi 'the good' janganlah menjadi 'the ugly'," twit SBY.
5. Moeldoko mengingatkan AHY untuk tidak menyeret Kepala Negara Joko Widodo.
Menurut Moeldoko, isu yang diembuskan AHY tidak relevan dengan Jokowi.
"Jangan sedikit-sedikit Istana. Dalam hal ini saya mengingatkan sekali lagi, jangan sedikit-sedikit Istana dan jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini. Karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, enggak tahu apa-apa dalam hal ini, dalam isu ini," kata Moeldoko. (ast/tan/jpnn)
Redaktur : Adek
Reporter : Adek, Aristo Setiawan, Fathan Sinaga