5 Saran Ketum PB IDI untuk Pasien Isoman, tentang Kesalahan Terbesar

Senin, 26 Juli 2021 – 10:42 WIB
LaporCovid19 menyatakan banyak masyarakat melaporkan kematian anggota keluarga atau rekan mereka di rumah saat menjalani isolasi mandiri. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (Ketum PB IDI) dokter Daeng M Faqih menyampaikan beberapa saran penting yang harus diperhatikan para pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri atau isoman.

Pertama, berkonsultasi dengan tenaga medis atau dokter setiap hari

BACA JUGA: Luhut Pandjaitan: Yang Meninggal Banyak Orang Komorbid dan Belum Divaksin

Hal yang utama yang harus disampaikan saat berkonsultasi yakni perkembangan gejala, serta hasil observasi mandiri mulai dari respiratory rate, suhu, dan kadar saturasi oksigen.

Dokter Daeng mengatakan, hingga saat ini kesalahan terbesar dari para pasien yang isolasi mandiri yakni telat mendapatkan pertolongan karena tidak adanya pemantauan dan pengawasan dari tenaga medis.

BACA JUGA: 5 Fakta Seputar Kepergian Ibunda Amanda Manopo, Terakhir soal Kalimat Almarhumah

“Seringnya pasien isolasi mandiri baru mencari pertolongan dokter atau tenaga medis ketika kondisi benar- benar sudah memburuk dan terlambat untuk ditangani,” ujar Dokter Daeng dalam keterangan tertulisnya, Minggu (25/7).

“Maka dari itu penting untuk konsultasi rutin hingga sembuh, karena kalau terhubung dengan dokter misalnya lewat layanan telemedisin tentu akan lebih baik penanganannya karena ada pendampingan ahli dan ada juga pemberian terapi obat yang lebih terarah,” sambungnya.

BACA JUGA: Pengumuman, FT Sudah Tertangkap, kepada Polisi Dia Menyebut Nama Wanita Ini

Kedua, selama menjalani isoman, jangan sampai mengalami kelelahan

Dokter Daeng juga mengingatkan, selama isolasi mandiri pasien COVID-19 tidak boleh melakukan kegiatan yang menyebabkan kelelahan pada fisik dan mental.

Pasien boleh berolahraga. Namun dalam intensitas yang normal dan tidak mengganggu kadar oksigen di dalam tubuh.

Ketiga, jangan panik dan selalu berpikir positif

Pasien COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri tidak perlu merasa panik dan sebisa mungkin selalu berpikiran positif dengan berbagai cara misalnya dengan menghubungi kerabat secara virtual atau bisa juga sambil membaca buku.

Keempat, mengenali perubahan gejala

Pada saat isolasi mandiri, pasien COVID-19 juga harus mampu mengenali ciri- ciri perburukan gejala.

Selain memantau kadar oksigen dan suhu tubuh pasien bisa mengenali gejala perburukan dengan mengecek jumlah hembusan napas.

Jika respitatory rate sudah melebihi 24 kali dalam waktu satu menit artinya pasien sudah mengalami durasi napas yang lebih pendek, itu merupakan gejala gangguan napas yang seharusnya langsung dikonsultasikan kepada dokter.

Gejala perburukan juga bisa dilihat dari perasaan sesak napas atau tertekan yang dialami pasien, meski pasien mendapatkan hasil saturasi di atas 95 persen.

Jika pasien mengalami sesak ada baiknya segera menghubungi dokter untuk kemudian dirujuk ke rumah sakit.

Kelima, lihat ujung tangan, kaki, dan bibir

Perburukan gejala juga bisa dilihat dari ujung tangan, kaki, dan bibir yang membiru atau dalam istilah medisnya dikenal sebagai cyanosis.

Meski pasien tidak merasa sesak atau tidak merasa dadanya tertekan, pasien dengan cyanosis harus segera mendapatkan rujukan ke rumah sakit karena menunjukkan bahwa tubuhnya kekurangan oksigen.

“Hal- hal seperti itu kebanyakan luput, masyarakat banyak yang belum mengetahui gejala perburukan. Maka penting terhubung dan berkonsultasi ke dokter setidaknya lewat telemedisin agar angka kesembuhan bisa meningkat,” ujar dokter Daeng M Faqih. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler