jpnn.com, JAKARTA - Program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI) yang digagas oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberikan nilai tambah bagi 15 startup early-stage terpilih menjadi finalis.
Mereka akan mendapatkan rangkaian pelatihan pendampingan dari pendiri startup yang diklaim sudah sukses dan mampu mencari coach alias pendampingan.
BACA JUGA: Mantap, Perusahaan Startup Produk Perikanan Milik Milenial Tembus Pasar Kanada
Di materi Product-Market Fit (PMF) merupakan penyempurnaan produk dan model bisnis dalam peningkatan kecocokan atau loyalitas pengguna terhadap produk, sebelum startup masuk tahap ekspansi pasar.
Di sini mencari kecocokan atau fit penting karena menunjukkan seberapa jauh sebuah startup bisa memberikan solusi yang tepat bagi pasar.
BACA JUGA: Sahabat Ganjar Gelar Konsolidasi di Bali Demi Panaskan Mesin Menuju 2024
Karena itu, fase PMF tersebut sangat krusial terutama bagi founders tingkat awal. Mereka berupaya mempersolid tawaran produk digitalnya, agar betul-betul bisa memenuhi kebutuhan atau permintaan pengguna.
Menurut riset yang dilakukan oleh CB Insights, tidak adanya kebutuhan pasar menjadi penyebab terbesar dari kegagalan sebuah startup (42%).
BACA JUGA: Start P3, Diggia Yakin Bisa Tampil Lebih Baik di Balapan Moto2 Portugal
Artinya, startup menawarkan produk digital, tetapi frekuensi serta jumlah penggunanya tidak cukup besar untuk membuat perusahaan bisa bertahan dan berkembang.
Dengan adanya pandemi yang memberikan dampak negatif pada sebagian besar startup di Indonesia, maka semakin penting bagi tahap awal untuk mempelajari cara terbaik menemukan PMF agar bisa bertahan.
Jika tidak berhasil melalui proses PMF, maka bisa dipastikan bahwa startup tersebut akan gagal atau menjadi startup “zombie”.
Oleh karena itu, SSI merangkum lima tips penting untuk mencari PMF:
1. Lakukan uji pasar sesegera mungkin
Salah satu kesalahan utama startup ialah menunggu terlalu lama untuk menguji apakah pasar menerima produk mereka dengan baik atau tidak.
Jika model bisnis startup adalah dengan basis langganan, maka tawarkan biaya langganan yang ideal kepada para pengguna, dan evaluasi feedback untuk menentukan apakah skema tersebut bisa berjalan dengan baik atau tidak.
“Banyak founder startup yang menciptakan problem-problem yang sebenarnya tidak ada atau tidak signifikan di pasaran. Kita harus bisa membedakan antara ‘keyakinan’ dan ‘fakta’,” ungkap Grady Laksmono.
2. Lakukan testing untuk menghitung dampak nyata
Dalam operasional startup, seringkali perusahaan menghadirkan fitur-fitur baru dengan harapan untuk menarik semakin banyak pengguna.
Namun, hal itu justru bisa menjadi distraksi dari tawaran utama startup.
Oleh karena itu, Fajar Budiprasetyo menyarankan startup untuk menjalankan A/B testing agar bisa menghitung dampak nyata dari sebuah promo/fitur/kemitraan baru.
3. Dengarkan umpan balik dari pengguna
Pemikiran kritis menjadi hal esensial yang harus dimiliki semua pemilik startup.
Untuk bisa mencapai PMF, maka jalan terbaik ialah benar-benar memahami target pengguna, mulai dari kebutuhan, keinginan, hingga harapan mereka.
“Bagi para startup B2B atau startup yang model bisnisnya rumit dan membutuhkan edukasi lebih, kalau pengguna belum tertarik mencoba, kita yang harus giat jemput bola,” kata Fajar.
Fajar juga menekankan bahwa umpan balik dari pengguna menentukan jalan masa depan bagi perusahaan.
“Di HappyFresh, kami memiliki tim teknologi dan produk yang terintegrasi untuk membentuk mindset yang agile dan kolaboratif,” tuturnya.
4. Bersikap fleksibel dalam mengadaptasi produk
Tidak semua startup akan sering digunakan oleh pengguna. Bergantung pada jenis bisnisnya, ada startup yang hanya digunakan sekali sebulan atau sekali dalam beberapa bulan.
Oleh karena itu, Phil menyarankan founder startup bisa membangun produk atau fitur-fitur baru yang bisa melengkapi solusi utama tersebut.
Dengan memberikan fitur yang diakses lebih sering, maka kemungkinan untuk menambah aliran pendapatan juga semakin besar.
Karena itu, penting bagi startup untuk bersikap fleksibel dan bisa mengadaptasi produk digitalnya sesuai dengan kebutuhan pengguna.
5. Fokus mengembangkan ‘power user’
Hal lain yang tak kalah penting untuk menentukan PMF adalah fokus dalam pengembangan basis ‘power user’.
“Kenali siapa saja power user atau pengguna setia kita, dan berfokuslah untuk memperluas segmen ini dengan membangun produk-produk baru sesuai dengan kebutuhan mereka,” jelas Grady. (ddy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Startup Ini Gelar Kompetisi Trading, Hadiahnya WowÂ
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian