6 Cara agar Mahasiswa Lepas dari Fase Quarter Life Crisis, Nomor 5 Sepertinya Berat

Kamis, 07 Juli 2022 – 16:05 WIB
The Workshop Help Desk Series dengan tema “Kesiapan Mental Remaja dalam Menghadapi Realitas Semu Media Sosial dan Fase Quarter Life Crisis”. Foto dokumentasi FISIP Uhamka

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati mengatakan mahasiswa berada pada rentang usia masa transisi.

Posisinya sangat rentan menghadapi fase quarter life crisis. Kerentanan yang terjadi pada mahasiswa disebabkan literasi yang kurang baik.

BACA JUGA: Pengalaman Audrey GAC Lepas dari Quarter Life Crisis Patut Dicoba

"Selain itu, kurangnya pemahaman tentang agama dan nilai sosial yang berpotensi berdampak pada kualitas dan ketangguhan keluarga, pergaulan yang tidak selalu positif dan pengaruh buruk dunia maya," kata Rita Pranawati dalam The Workshop Help Desk Series dengan tema “Kesiapan Mental Remaja dalam Menghadapi Realitas Semu Media Sosial dan Fase Quarter Life Crisis”  besutan Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Uhamka, Rabu (6/7).

Rita yang juga dosen Uhamka ini menambahkan pengguna media sosial harus bisa memahami nilai guna yang terkandung dalam unggahan media sosial.

BACA JUGA: Empat Mahasiswa Wakili Indonesia di Kompetisi Bisnis Virtual Tingkat ASEAN

Pengguna menjadikan media sosial sebagai ajang unjuk kebolehan diri dalam hidupnya seakan-akan keseluruhan yang berada di media sosial itu nyata. 

Seringkali kata Rita, kondisi itu menimbulkan rasa rendah diri dan iri. Sebab, merasa tidak sebaik yang terlihat pada unggahan di media sosial. 

BACA JUGA: Komisi X DPR Minta Masukan Masyarakat Soal RUU Pendidikan dan Layanan Psikologi

Apabila sikap membandingkan diri dengan yang terlihat di media sosial tidak dikelola dengan sehat, lanjutnya, bisa mendorong individu ke dalam kesulitan menghadapi fase quarter life crisis.

"Mahasiswa akan sulit keluar dari fase quarter life crisis jika khawatiran dan cemas mengenai kehidupannya di masa mendatang, takut gagal, tidak percaya diri, merasa tidak terlihat cukup baik seperti orang lain,  bimbang dengan segala pilihan hidup, dan meragukan setiap tindakan yang diambil," beber Rita.

Pada kesempatan sama, Indri Yunita Suryaputri, S.Psi, M.Si selaku psikolog dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menuturkan ada enam cara mengatasi quarter life crisis.

Pertama, menjaga kesehatan. Kedua, mengenali diri dari kekurangan dan apa yang penting untuk diri sendiri dengan menghilangkan pikiran negatif dan over thinking.

Ketiga, dukungan sosial dengan menemukan orang yang bisa dipercaya dan bisa diajak bicara, serta hindari orang yang berdampak negatif.

Keempat, meningkatkan modal diri dengan memupuk potensi yang berguna untuk masa depan, baik secara skill maupun finansial.

Kelima, menghindari media sosial. Keenam, beragama. "Untuk dukungan sosial ini bisa dari keluarga, teman dan profesional," ujarnya.

Sementara itu, Dekan FISIP Uhamka Tellys Corliana mengungkapkan workshop ini bertujuan agar para mahasiswa bisa melewati fase quarter life crisis dengan mudah dan bisa terkendali.

Fase quarter life crisis harus dijalani dengan ketenangan dan sikap positif agar fase ini dapat terselesaikan dengan baik.

"Dengan begitu, fase quarter life crisis ini tidak menimbulkan masalah gangguan kesehatan mental pada diri seseorang," pungkas Tellys Corliana. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler