6 Manfaat Air Rebusan Kunyit Campur Temulawak, Cegah Timbulnya Penyakit Kronis Ini

Jumat, 16 Desember 2022 – 07:39 WIB
Ilustrasi kunyit. Foto: Laman MSN

jpnn.com, JAKARTA - ANDA pasti sudah tahu dengan rempah kunyit. Kunyit biasanya digunakan sebagai salah satu bahan masakan.

Namun selain itu, kunyit juga telah lama dikenal sebagai salah satu herbal yang kaya akan berbagai kandungan nutrisi.

BACA JUGA: 5 Manfaat Ajaib Temulawak, Nomor 4 Bisa Cegah Kanker

Sebab, kandungan kunyit terdapat kurkumin, sesmetoksikumin, bisdesmetoksikurkumin, resim, pati, karbohidrat, protein, selulosa dan lemak.

Kunyit juga diketahui kaya akan vitamin C, antioksidan, zat pahit, zat besi, fosfor, kalsium, hingga minyak atsiri.

BACA JUGA: 3 Khasiat Air Kunyit Campur Asam Jawa, Wanita Pasti Suka

Kunyit campur madu dan temulawak memiliki khasiat yang sangat luar biasa.

Rempah-rempah ini bisa menurunkan risiko jantung hingga depresi.

BACA JUGA: 5 Manfaat Minum Sambil Duduk, Cegah Serangan Penyakit Kronis Ini

Caranya sangat mudah. Siapkan 3 ruas kunyit sepanjang 7 cm lalu tumbuk.

Jangan lupa, siapkan juga sepotong temulawak. Rebus kunyit dan temulawak dengan 500 ml air hingga mendidih. Setelah itu angkat dan campurkan madu.

Minuman herbal siap dikonsumsi. Minum air kunyit madu ini 2 kali sehari selama 5 hari setelah itu hentikan 3 hari.

Kemudian konsumsi air kunyit dan temulawak campur madu kondisional sesuai kebutuhan.

Berikut ini penjelasannya, seperti dilansir laman Genpi.co.

1. Mengatasi masalah sistem pencernaan

Manfaat temulawak yang pertama adalah merangsang produksi cairan empedu di kantong empedu.

Tentu saja hal ini membantu pencernaan serta metabolisme makanan dalam tubuh.

Tidak hanya itu, menurut para ahli, temulawa juga bermanfaat untuk mengatasi perut kembung, membantu pencernaan yang tidak lancar, dan meningkatkan nafsu makan.

2. Bersifat antioksidan

Antioksidan berperan untuk melindungi tubuh dari paparan radikal bebas yang dipercaya sebagai sumber dari berbagai penyakit.

Kunyit dan temulawak dipercaya sebagai agen antioksidan yang bisa menetralkan radikal bebas karena struktur kimia yang ada di dalamnya.

Selain itu, kunyit dan temulawak juga bisa meningkatkan aktivitas enzim antioksidan yang ada di dalam tubuh.

3. Bersifat antiinflamasi

Peradangan bisa merusak tubuh. Para ilmuwan percaya bahwa peradangan merupakan akar dari sejumlah penyakit kronis seperti jantung, kanker, dan masih banyak lainnya.

Temulawak dan kunyit diketahui bisa melawan peradangan dengan sifat antiinflamasi yang dimiliki.

Senyawa dalam keduanya disebut mampu memblokir pergerakan molekul tubuh yang diyakini memainkan peran utama dalam banyak penyakit kronis.

4. Mengatasi depresi

Tak hanya pada kesehatan fisik, kunyit dan temulawak juga berperan dalam menjaga kesehatan mental.

Keduanya dipercaya bisa mengobati depresi. Sebuah studi terkontrol dilakukan terhadap 60 orang dengan depresi. Partisipan dibagi ke dalam tiga kelompok.

Kelompok pertama mengonsumsi Prozac (obat antidepresan), kelompok kedua mengonsumsi kunyit dan temulawak.

Sementara kelompok ketiga mengonsumsi Prozac yang dikombinasikan dengan asupan kunyit dan temulawak.

Setelah enam pekan, kelompok yang mencampur Prozac dengan kunyit dan temulawak mengalami perbaikan mental yang signifikan.

Penelitian ini berpendapat bahwa kunyit dan temulawak sama efektifnya dengan antidepresan.

Banyak gangguan pada otak yang disebabkan oleh penurunan kadar hormon neurotropik (BDNF) seperti Alzheimer.

Kunyit dan temulawak dipercaya bisa meningkatkan kadar hormon BDNF pada otak.

6. Kunyit mencegah kanker

Ada banyak jenis penyakit kronis kanker. Beberapa di antaranya tampaknya dipengaruhi oleh suplemen kunyit.

Kunyit telah dipelajari sebagai ramuan bermanfaat dalam pengobatan kanker.

Kunyit juga ditemukan memengaruhi pertumbuhan dan penyebaran sel kanker pada tingkat molekuler.

Studi menunjukkan bahwa kunyit dapat menon-aktifkan sel kanker dan mengurangi pertumbuhan pembuluh darah baru pada tumor serta metastasis.

Kunyit dipercaya bisa mencegah kanker, terutama yang terjadi pada sistem pencernaan.(genpi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fany Elisa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler